Dari Arabika ke Secangkir Kopi Konsumen
FEATURES

Dari Arabika ke Secangkir Kopi Konsumen

Awal Perjumpaan

“Pertama kali nyobak kopi v60 karena aku penasaran, kopi v60 itu kopi seperti apa? Coba minum deh, kopinya tuh aneh,” Andi.

Nongkrong sembari minum kopi, kebiasaan yang lekat pada masyarakat Indonesia, khususnya bagi laki-laki. Di era ini, konsumen kopi meluas, dari orang tua hingga remaja putra bahkan putri. Hal itu beriring dengan seduhan kopi yang makin beraneka ragam.  Kebiasaan minum kopi seolah telah menjadi ritual wajib. Begitu juga bagi Dian Andi Saputra, pemuda kelahiran 09 November 1997. Sedari SMK (Sekolah Menengah Kejuruan), pria asal Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang ini suka menghabiskan waktunya bermain dan ngopi sambil nongkrong.

Jaman sekolah udah suka kopi, tapi kalau dulu paling saset,” tutur laki-laki kurus  berkumis tipis yang akrab disapa Andi ini (2/09/2019).

Arabika, adalah salah-satu jenis kopi yang populer di Indonesia selepas robusta. Dari cecap arabika, pemuda lulusan SMK TSM (Teknik Sepeda Motor) ini mulai tertarik dengan seduhan kopi. Ditemui di angkringan kopi miliknya, Andi mengaku pertama kali mencoba kopi arabika saat masih dibangku SMK. Biji kopi arabika yang pertama ia coba berasal dari Jawa Barat yang ia nikmati dengan seduhan V60.

“Pertama kali nyobak kopi V60 karena aku penasaran, kopi V60 itu kopi seperti apa? Coba minum deh, kopinya tuh aneh,” tuturnya.

Dari rasa aneh, menjadi suka, ditambah ketertarikannya melihat barista menyajikan kopi. Laki-laki yang kerap memakai topi saat menyajikan kopi ini juga berargumen, bahwa profesi barista tampak keren. Ketertarikannya pada dunia kopi membawanya menjelajahi kedai dan coffe shop di Malang, sembari belajar sekaligus sharing perihal seduhan kopi.

Tidak berhenti di tempat nongkrong, pemuda berkulit kuning langsat ini juga belajar teknik membuat kopi secara otodidak di rumah. Dimulai dengan membeli perlengkapan V60; ketel, dripper, filter, Andi mulai menyicil membeli peralatan kopi. Tidak hanya tertarik menyeduh atau menikmati secangkir kopi, pertemuannya pada secangkir kopi V60, merubah mimpi pemuda yang duduk di SMK TSM Muhammadiyah 1 Kepanjen, tiga tahun lalu.

9 November dan Perayaan Kelahiran

“Awal mulanya dari sebuah cita-cita, bahwa aku pengen punya seperti kafe atau kedai kopi. Berhubung aku masih belum mampu dari segi ekonomi, jadi aku mulai dari awal dulu, paling coba untuk pake gerobak atau ngemper lah kalau kata orang sini.” Jelasnya.

Bermula dari kekagumannya pada orang yang menyeduh kopi, atau populer dengan panggilan barista, anak kedua dari tiga bersaudara ini ingin memiliki coffe shop suatu hari nanti. Keinginan yang sangat bertolak belakang dengan mimpinya beberapa waktu lalu, yaitu membuka bengkel motor. Selang setahun setelah kelulusannya di bangku SMK, tepatnya tanggal 9 November 2017, hari kelahirannya, lahir pula Das Kopi dan Ketan (dakotan), dulu bernama Kopi Cilik, panggilan kecil Andi.

Merasa kopi buatannya sudah enak, Andi memberanikan diri mengawali mimpi dengan menjual kopi seduhannya di tepi jalan. Bermodal gerobak kayu, tikar dan bangku-bangku kecil, ia membuka usahanya. Tidak hanya menjual beberapa seduhan kopi seperti V60, japanese, latte, kopi tubruk, vietnam drip, aeropress, Ia juga mengenalkan ketan sebagai identitas Das Kopi, yang kemudian dikenal dengan dakotan.

Malam itu, di sela kesibukannya menyeduh kopi, anak dari pasangan suami istri Rusdiyanto dan Suparti ini bercerita tentang pengalaman pertamanya saat membuka Das Kopi. Orang sempat mengira ia penjual jamu, STMJ (Susu Telur Madu Jahe) dan sebagainya. Karena, jika dari depan, terlihat deretan toples-toples kecil yang berjejer di gerobak Andi. Das Kopi sendiri mulai buka pukul enam sore dan baru tutup pukul satu dini hari. Sebelumnya, Andi bahkan baru menutup tempatnya pukul lima subuh.

Awal ia memutuskan membuka Das Kopi, kedua orang tuanya tidak mendukung. Alasan yang dikemukakan cukup logis bagi orang tua.

“Ia masih muda, kebanyakan anak muda kalau usaha angin-anginan,” terang Andi. Dan lagi, mereka menganggap harga kopinya terlalu mahal.

Andi menjual kopi dengan harga rata-rata sembilan ribuan, nominal yang murah bagi saya untuk seduhan kopi sejenis, v60, latte, dan para saudaranya. Apalagi rasanya  tak kalah dengan sajian di coffe shop. Di kota besar, kita bisa merogoh lima belas sampai tiga puluh ribu untuk secangkir kopi. Itu pun belum akumulasi jika ada biaya PPN (Pajak Pertambahan Nilai)-nya.

Namun, meski orang tuanya sempat ragu dengan usaha yang dijalankan putranya ini, mereka tetap membantunya dengan meminjamkan sedikit modal. Tidak kurang dari sepuluh juta, dihabiskan Andi untuk membuka Das Kopi. Sebagian modal ia dapat dari tabungannya sewaktu bekerja di toko sepatu dan bantu-bantu di Kedai 61 daerah Dinoyo, Kepanjen, Malang.

Andi sendiri tidak pernah benar-benar bekerja di sebuah kedai kopi. Di Kedai 61, ia sifatnya hanya membantu jika ada karyawan yang tidak bekerja. Sebuah perkenalan tak disengaja, karena secara kebetulan pemilik sepatu tempat dia bekerja sekaligus pemilik Kedai 61, namun disayangkan kedai ini sekarang telah tutup.

Dua tahun setia menggeluti kecintaannya dalam menyeduhkan kopi kepada konsumen, ia bisa mengembalikan modal yang sebagian dipinjamnya dari orang tua. Konsistensi rasa kopinya, membuat pelanggan mau datang untuk kesekian kali, demi menikmati seduhan kopi yang enak.

“Prinsipku, apa yang kita minum enak, pasti semua orang menikmati apa yang kita minum. Kalau aku enak, pasti orang juga ngerasain enak. Kalau enggak yakin dengan buatan kita, ya ngapain,”  ucapnya.

Kini, angkringan kopi yang terletak di Jl. Ahmad Yani, Kepanjen, Malang itu selalu ramai tiap harinya. Tidak hanya datang untuk sekadar berkumpul, beberapa anak sekolah juga tampak mengerjakan tugas di sana.

Jika kita berangkat dari arah Pengadilan Agama Kab. Malang, kita tinggal lurus melewati Universitas Raden Rahmad, Rumah Sakit Wav Husada, lalu tetap lurus sampai ada perempatan jalan. Lokasi Das Kopi berada di sebelah kanan jalan, sekitar 10 meter sebelum perempatan di atas trotoar. Kamu bisa datang ke sana di hari Senin sampai Sabtu, pukul enam malam hingga pukul satu dini hari. Kalian juga bisa mengunjungi Instagramnya di @daskopidanketan. (jhn)

 

Post Comment