Gunakan Sosial Media sebagai Terobosan Baru dalam Berkampanye MD
BERITA

Gunakan Sosial Media sebagai Terobosan Baru dalam Berkampanye MD

mediasolidaritas.com – Pemilihan umum (pemilu) Ketua Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) MD (Manajemen Dakwah) diselenggarakan pada  Kamis (15/03). Kandidat dipilih melalui pencalonan diri dengan syarat bahwa calon ketua adalah anggota pengurus HMP kepengurusan tahun lalu. Kampanye dilakukan mulai tanggal 12-14 Maret melalui media sosial (medsos) juga secara langsung ke kelas-kelas tertentu. Medsos dinilai lebih efisien dan efektif dalam membantu kampanye pasangan calon (paslon) dalam menyampaikan visi misinya.

Hasbi Assiddiqi, selaku ketua pelaksana pemilu menuturkan bahwa menyampaikan informasi via medsos lebih mudah karena tak asing bagi mahasiswa. “Jadi kita kampanye lewat WA (WhatsApp, red), visi misi juga disebarkan lewat WA,” ungkapnya. Pemilihan kali ini juga melibatkan seorang duta MD agar mengajak mahasiswa prodi tersebut untuk mengikuti pemilu. “Kita manfaatkan duta MD untuk mengajak memilih (pemilu, red)” ujar mahasiswa semester 6 tersebut. Alhasil para mahasiswa MD akhirnya ikut berpastisipasi dalam pemilu yang diadakan setahun sekali itu. Hal ini adalah salah satu bentuk usaha Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk membangun kesadaran pentingnya suara demokrasi.

Hak memilih diberikan kepada mahasiswa aktif dari semester 2-6 yang bertujuan untuk menambah proporsi dalam pemilihan. Ketua pelaksana pemilu berharap kehadiran minimal 50% dari anggota pemilih, memberikan hasil maksimal. Hal ini berkaitan dengan kredibilitas pemilu yang terlihat dari kemaksimalan etos kerja para panitia.  Tindakan ini membuahkan hasil yang memuaskan. Selain itu ketua pelaksana beranggapan tidak ada kata sekedar formalitas dalam sebuah pemilihan.

Bertambahnya persentase kehadiran pemilih membuktikan kampanye melalui medsos memang lebih efektif dalam mengampanyekan paslon. Mahasiswa yang bukan panitia juga antusias untuk ikut menyebarkan kampanye paslon melalui akun media sosialnya masing-masing.

“Saya setuju dengan adanya kampanye yang menggunakan media sosial karena lebih  efektif dibandingkan dengan kampanye secara  manual,” ujar Nur Afifah, salah satu mahasiswa MD. Selain itu cara ini juga dianggap efektif karena mahasiswa tidak harus datang ketika kampanye berlangusng. “Jika menggunakan cara lama, ketidakhadiran mahasiswa saat kampanye  berlangsung malah akhirnya menjadi penghambat dalam pelaksaan kampanye,” pungkas mahasiswi semester 4 tersebut. Meskipun kampanye dilakukan melalui media sosial, namun pendekatan personal tetap dibutuhkan, sebagai bentuk nyata dari kampanye yang dilaksanakan. Sehingga para pemilih dapat mengetahui secara langsung bagaimana kepribadian paslon yang akan dipilihnya. (Lin/Frh)

Post Comment