[PUISI] Melangit
SASTRA

[PUISI] Melangit

Oleh sanjunisme*

Sudah pucat jejak kakimu, sedang suara gagak tak henti mengalun sendu

Doa-doa kerap terdengar di sepertiga malam menjelang menang.

Tujuh hari tanpa permisi orang-orang menghampiri. Putih-putih berserak sendal kaki mencari berkat dan sesuap nasi. Tangis sesekali berbisik pada gendang telinga yang enggan diusik.

Yaasiin, empat puluh hari hingga dua tahun mengalun memohon ampun. Jiwa jiwa bersaksi pada setiap nyawa yang tengah berdoa, ‘Itu anak saya! Berkah saya!’ hingga tak sedikit yang terseok, menjerit, tersiksa tak punya siapa-siapa.

Hidup lagi tak bisa, berdoa pun sia-sia. Sedang hidup di dunia tak pernah dianggap guna. Melangit segala ampun dan air mata.

Ilustrasi : Sanjunisme

*Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya Semester 6, saat ini menjadi Manajer HRD LPM Solidaritas 2020 

Post Comment