SANG API
Kau melambai-lambai
Seakan mengajakku tuk menari
Akupun tergoda lalu menghampiri
Dan mulai ikut untuk menari
Meliuk-liuk ke sana kemari
Tanpa kusadari
Kau mulai menyakiti
Sentuhanmu yang nampak lembut
Nyatanya mampu mendidihkan kulit ari
Sekarang kumengerti
Dan akan mulai berhati-hati
Atau mungkin menjauh pergi
MEMUSUHI WAKTU
Aku lelah
Terus-menerus berteriak agar dia berhenti
Berhenti sedetik saja tak mau
Apalagi sehari
Dia selalu sibuk sendiri
Selalu berjalan sendiri
Aku yang menanti selalu dilewati
Jika dia mati
Akupun ikut mati
Jika aku mati
Dia masih saja berjalan sendiri
SANG ASAP
Aku hanya bisa menatap
Tanpa mampu mendekap
Terasa pengap
Tiap kali hidung menghisap
Ada yang putih memikat
Ada pula yang hitam pekat
Yang pasti semua baunya menyengat
Duhai sang asap
Untuk apa kau mendekat?
Jika tiap kali kusentuh kau semburat
Duhai sang asap
Ku tak lagi mau teringat
Hidupku jadi semakin berat
-Daahda-
Sidoarjo, 21 Januari 2018
Sumber gambar : dreamstime
*) Mahasiswi semester 7 Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, yang sedang bergelut dengan tugas akhirnya. Tercatat sebagai koordinator fotografi di LPM Solidaritas 2017 UINSA Surabaya.