mediasolidritas.com – Sabtu (17/08) Pengenalan Budaya Akademik Mahasiswa (PBAK) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) memasuki hari keempat. Hari terakhir PBAK ini kebetulan bertepatan dengan HUT RI ke-74. Setelah upacara kemerdekaan, UINSA memiliki tradisi membagikan Polo Pendem. Namun tahun ini menjadi berbeda karena jumlah yang di bagiakan lima kali lebih banyak dari biasanya.
“Tadi pagi Jumlah Polo Pendem yang dibagikan kurang lebih lima ribu bungkus, biasanya hanya pegawai sekitar ratusan nggak sampe ribuan.” Ungkap Ratna Indrayati selaku Seksi Konsumsi dari sisi anggaran.
Rencana pembagian bungkusan yang berisi kacang dan ketela rebus yang berjumlah besar ini, baru diperintahkan pada hari Kamis (15/08) oleh Wakil Rektor (Warek) I, Wahidah Zein Br Siregar.
Menurut Ratna, anggaran yang dikeluarkan untuk lima ribu bungkus Polo Pendem sekitar dua puluh lima juta rupiah. Hal ini termasuk kebijakan yang mendadak, maka biaya tersebut belum dianggarkan.
“Kalau sudah menjadi kebijakan ya Kita dari segi anggaran harus merevisi anggaran.” Tambah wanita yang bekerja di bagian keuangan UINSA.
Pada tahun sebelumnya Polo Pendem tidak dibungkus satu persatu, hanya diletakkan di lobby disajikan untuk staf dan karyawan yang mau, karena kebanyakan setelah upacara karyawan langsung pulang.
“Belum pernah melibatkan mahasiswa sebanyak ini untuk upacara 17 Agustus, biasanya hanya karyawan saja. Nah, biasanya karyawan kita seperti itu (makan Polo Pendem bersama) juga, tapi cukup dimakan di lobby dulu seperti itu. Karena ini melibatkan banyak mahasiswa, maka kita rayakan ada kesadaran seperti itu.” Ucap Mash’um selaku Warek III
Menurutnya pembagian Polo Pendem bermaksud untuk mengingatkan pada peserta upacara bahwa bangsa ini tidak tiba-tiba seperti ini, tapi melalui proses yang sangat sengsara yang dialami oleh nenek moyang bangsa Indonesia ketika zaman penjajahan.
“Selagi peringatan kemerdekaan, untuk mengingatkan kembali pada kita yang tidak pernah mangalami. dulu orang tua (pendahulu) kita, makannya seperti itu, untuk mengingatkan kembali bahwa kita perlu bersyukur dan meningkatkan kualitas diri untuk semakin sejahtera dan bahagia.” Lanjut Warek III.
Semua peserta upacara menikmati Polo Pendem di tempat upacara. Duduk bersama, tidak membedakan antara tendik (tenaga pendidikan), dosen dan mahasiswa.
Ini merupakan sesuatu yang baru menurut Irham, salah satu mahasiswa baru Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. Ia mengatakan bahwa sebelumnya tidak pernah dibagikan Polo Pendem setelah upacara. Lalu ketika ditanyai pendapat mengenai ini Ia mengaku terkesan.
“Oh gini susahnya dulu ketika Indonesia mayoritas pedesaan. Kita orang kota belum tahu gimana susahnya dahulu kala ketika makan seperti ini sedangkan kita sekarang malah menghambur-hamburkan nasi atau makanan,” ujarnya. (hdz/ans/slv).