mediasolidaritas.com – Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) wilayah tiga yang terdiri dari seluruh wilayah Jawa Timur mengadakan musyawarah wilayah (muswil) dengan tujuan menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepengurusan sebelumnya. Acara ini dihadiri kalangan pers mahasiswa (persma) dari berbagai wilayah. Sebut saja IAIN Tulungagung, Kediri, Jombang, Malang, Sidoarjo, Surabaya dan beberapa kota lainnya. Pada kesempatan kali ini Surabaya menjadi tuan rumah acara. Acara ini diawali dengan adanya talk show dengan tema “Membangun Wacana Tandingan Di Tengah Keberpihakan Media,” (27/28).
Namun ketidaksiapan terpancar dari sikap panitia yang terburu-buru dalam menjamu tamu undangan, terlebih dalam urusan susunan acara yang terkesan mengalir dan diserahakan oleh forum. Acara ini diketuai oleh Maliq yang masih duduk di semester dua dari Universitas Airlangga. Selain itu, acara yang dilaksanakan ketika liburan ini, membuat banyak panitia yang tidak hadir ketika acara berlangsung. Hal tersebut yang membuat Maliq dan panitia yang hadir merasa agak kewalahan dalam melaksanakan tugasnya.
Menurut Bianca selaku Sekertaris Jendral Dewan Kota PPMI Surabaya menambahkan bahwa dipilihnya panitia yang junior untuk kaderisasi, agar mereka belajar bagaimana menangani sebuah acara. Agar kedepannya mereka dapat lebih baik dalam menangani suatu acara yang berslaka besar seperti Jawa Timur. “Yaa biar yang junior belajar mengadakan acara,” ungkapnya.
Usai talk show dilanjut dengan acara inti yakni musyawarah dengan pembacaan tata tertib Muswil 3 PPMI. Molornya acara selama 30 menit menimbulkan banyak perdebatan di tengah musyawarah. Untuk menentukan tata tertib musyawarah saja harus menghabiskan waktu selama 1,5 jam. Hal ini disebabkan oleh keinginan peserta rapat dalam berpendapat. Menurut pantauan kru Solidaritas, lamanya pembacaan tata tertib terjadi ketika suatu kesepaktan telah ditetapkan, namun intrupsi dilakukan dan peserta memberikan pendapat barunya.
Peserta mengeluhkan tidak efektifnya acara muswil kali ini. Hal ini terjadi karena kurang teraturnya acara. “Acaranya kurang efektif sih, kayak kurang teratur gitu, mungkin itu karena panitia yang kurang berkonsultasi sama seniornya.” Terang Azizah, salah satu peserta musyawarah wilayah 3 PPMI perwakilan IAIN Tulungagung. Berbeda halnya dengan Ana, mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, yang mengatakan bahwa ketidakefektifan acara bukan karena panitia masih awam, tetapi karena setiap peserta mempuyai pandangan sendiri-sendiri mengenai istilah yang digunakan tiap Lembaga Persma. “Kayak kemarin ada miss understanding (kesalahpahaman, red) perbedaan kultur yang beda,” ungkap wanita berbadan kecil itu. Selain itu, Ana juga memaklumi molornya acara, menurutnya acara pers selalu tidak tepat waktu. “Ya namanya acara pers itu pasti molor ya, di Malang juga gitu.” pungkasnya.
Acara ini ditutup oleh pemilihan Koordinator PPMI wilayah 3. Sebelum pemilihan, diumumkan 3 calon yang akan menduduki kursi nomor 1 di PPMI wilayah 3. Calon tersebut yaitu Theo, Shofi dan Ben. Berbagai pertanyaan menghujani para calon kandidat oleh para peserta muswil. Namun pemilihan koordinator dimenangkan oleh Theo dari LPM Prespektif Universitas Brawijaya Malang. (din/qi)