Ajak Diskusi Maba, Dema FPK Pilih PKK-MB
BERITA

Ajak Diskusi Maba, Dema FPK Pilih PKK-MB

Solidaritas-uinsa.org—Dema Fakultas Psikologi dan Kesehatan (FPK) akhirnya memilih kegiatan pengenalan mahasiswa baru sesuai dengan yang dianjurkan pihak rektorat UIN Sunan Ampel Surabaya, yakni PKK-MB. Dalam kegiatan itu, Dema FPK memutuskan tidak mencangkan atribut kepada mahasiswa baru selain keterangan nama dalam bentuk persegi panjang kecil yang diselipkan di baju sebagai tanda pengenal. Menurut Fida, Ketua Dema FPK, keputusan itu diambil berdasarkan pertimbangan yang panjang.

“Sebelum ditetapkannya metode baru, kami memang sempat memberikan beberapa syarat atribut yang dipakai, tetapi sifatnya mereka mencari sendiri. Tidak kami mintai uang,” ungkapnya di sela-sela wawancara (31/8/2016). Ia menambahkan, sebelumnya beberapa mahasiswa baru yang mendaftar pada bulan Juli lalu ada yang sudah terlanjur menyiapkan atribut dari syarat-syarat ditentukan oleh panitia OSCAAR. Namun, pada tanggal 8 Agustus 2016 rektorat menurunkan surat keputusan yang mengatur sistematika pengenalan mahasiswa baru berbentuk PKK-MB.

“Mahasiswa baru yang mendaftar tentunya tercampur antara yang sudah menyiapkan dan yang belum menyiapkan. Hal ini membuat kami bimbang, yang pada akhirnya kami putuskan untuk mendiskusikannya dengan para mahasiswa baru dan diputuskan menggunakan sistem PKK-MB” tambahnya.

Selain itu, menurutnya, peraturan dari PKK-MB sendiri juga mengatur mengenai jumlah panitia dari fakultas. Namun, pihaknya meminta izin dari dekanat agar jumlah panitia diberlakukan seperti semula. “Kami hanya dibatasi 6 orang panitia saja pada setiap kegiatan, karena jumlah mahasiswa baru kurang lebih hanya 140 orang. Namun kami meminta izin kepada pihak dekan terkait penambahan panitia yang berjaga saat kegiatan. Karena jumlah panitia sendiri berpengaruh terhadap kondisi psikologis mahasiswa,” tutur mahasiswi Fakultas Psikologi tersebut.

Ketika disinggung mengenai teknis hukuman, ia mengaku masih menerapkan seperti yang diberlakukan tahun lalu. “Kami berikan hukuman berupa pembacaan puisi dan konseling, dari kami juga ingin membuat mahasiswa baru merasa senyaman mungkin, mahasiswa baru juga sudah inisiatif datang tepat waktu. Kami menghargai satu sama lain” jelasnya. Sementara itu, Arin, mahasiswa baru, membenarkan hal tersebut. “(saat) Jam setengah 7 kami udah di tempat semua, yang telat dihukum baca puisi,” ungkapnya. Ia menambahkan, dengan sistem yang diberlakukan tersebut, ia mengaku cukup nyaman. “Yang lain pakai atribut macam-macam memang rame dan kelihatan asik tapi pasti ada yang merasa tertekan. Kalau kita ngerasanya santai-nyaman,” tukasnya mengakhiri wawancara. (lut)

Keterangan Foto:  Ilustrasi kegiatan PKK-MB Fakultas Psikologi dan Kesehatan saat di dalam forum

Post Comment