Puluhan mahasiswa berjas biru muda khas Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya tampak sibuk, Kamis pagi (31/3). Mereka adalah panitia yang sedang menyiapkan acara seminar di Aula Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UINSA, mulai dari menata kursi peserta dan pemateri, memasang banner, menyiapkan data absensi, dan lain-lain.
Setelah semua siap, panitia yang sengaja dibentuk dari mahasiswa BKI semester dua ini melakukan briefing (pengarahan singkat, red) yang dipimpin langsung oleh koordinator lapangan (korlap) dan ketua panitia, M. Fikri Fuadillah. Hal tersebut sengaja dilakukan agar seminar yang bertemakan Religiusitas dalam Kepemimpinan berjalan dengan lancar.
Penampilan tim banjari yang berdurasi 30 menit mengisi pra acara pagi itu. Shalawat dilantunkan, banjari ditabuh mengiringi kedatangan para peserta seminar yang memang dikhususkan untuk mahasiswa BKI. Pengisian tanda tangan oleh seluruh peserta seminar pada daftar hadir yang diletakkan tepat di pintu masuk Aula dilakukan sebagai pengganti kehadiran di kelas masing-masing.
Dalam sambutannya, Fikri sebagai ketua panitia mengatakan bahwa acara tersebut sebenarnya adalah seminar sekaligus pelantikan pengurus baru Himaprodi (Himpunan Mahasiswa Prodi) BKI. Namun karena adanya kendala, maka pelantikan harus diundur pelaksanaannya. Selain Kepala Program Studi BKI, Agus Santoso tidak bisa hadir, ketidakhadiran Ali Nurdin yang pada saat ini menjabat sebagai Wakil Dekan III Bagian Kemahasiswaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi juga menjadi alasan diundurnya pelantikan pengurus Himaprodi. “Seminarnya kita lanjutkan, tapi pelantikan nunggu Pak Ali Nurdin tidak berhalangan, karena beliau yang akan melantik,” ungkap Fikri di luar forum seminar.
Selain itu, Fikri juga mengungkapkan bahwa dirinya merasa kesulitan saat harus mengoordinir semua panitia. Hal ini dikarenakan kurangnya pengalaman panitia acara pada kegiatan yang diadakan oleh Himaprodi BKI sebelumnya. Jika pada kegiatan-kegiatan sebelumnya Fikri dan mahasiswa baru yang lain hanya menjadi peserta, tapi kali ini mereka menjadi panitia yang bertugas mengonsep dan mempersiapkan acara semaksimal mungkin. “Belum jadi pengurus, tapi sudah jadi panitia, ya agak sulit,” imbuhnya.
Berbeda dengan ketua panitia, Ahmada Rizki, ketua Himaprodi BKI yang sebentar lagi akan menyelesaikan jabatannya ini merasa sangat senang. Ia merasa telah bebas tanggungan dan tugas-tugas sebagai ketua Himaprodi BKI. “Saya merasa merdeka, karena hari ini saya sudah menjadi ketua demisioner Himaprodi BKI,” ungkapnya. Dalam sambutannya, mahasiswa yang biasa disapa Cak Mad ini mengucapkan selamat kepada ketua terpilih yang nanti akan menggantikan jabatannya.
Tidak hanya ucapan selamat yang Cak Mad sampaikan kepada ketua terpilih, Muhammad Khoirudin. Beberapa kalimat Cak Mad lontarkan begitu ringan yang tujuan utamanya untuk memotivasi pengurus Himaprodi BKI selanjutnya. Ia menyampaikan bahwa kepala memang berada di atas, tetapi kepala juga membutuhkan tangan, kaki, dan anggota yang lain untuk menjadi tubuh yang utuh. Sama halnya dengan seorang pemimpin. “Pesan saya, sebagai ketua atau kepala, jangan pernah sombong! Karena sebenarnya pemimpin adalah pelayan-pelayan seluruh masyarakat BKI,” tegasnya.
Dalam acara tersebut, juga tampak Lukman Fahmi. Kehadirannya menggantikan Agus Santoso sebagai Kepala Program Studi BKI. Pihaknya menyampaikan bahwa banyak sekali hal yang telah ditorehkan Ahmada Rizki untuk Himaprodi BKI selama masa kepengurusannya. “Kepengurusan yang bisa membuahkan prestasi ini tidak hanya mewarnai Prodi BKI atau Fakultas saja, tetapi juga mewarnai kampus UINSA,” ungkapnya. Lukman juga berpesan agar ketua terpilih bisa menjaga leadership (kepemimpinan). Karena ketua memiliki peran penting dalam suatu kepengurusan, meskipun ketua juga membutuhkan teman.
Seminar yang dilaksanakan menjelang pelantikan pengurus baru Himaprodi BKI ini dibuka oleh seorang moderator. Ia lalu mengenalkan narasumber kepada seluruh peserta seminar. Tidak ada wajah keheranan pada semua peserta, karena narasumber yang mengisi acara tersebut adalah Mohamad Thohir, Sekretaris Prodi BKI yang nama dan wajahnya telah dikenal oleh mahasiswa BKI.
Mohamad Thohir menyampaikan materi seminar dengan lugas. Tidak jarang ia mengajak peserta berkomunikasi di tengah-tengah materi. Bahkan ada saja hal-hal menarik yang ditampilkan di layar proyektor untuk mengundang antusias lebih dari peserta. Dosen lulusan S1 dan S2 IAIN (sekarang UIN) Sunan Ampel ini mengajak seluruh mahasiswa yang hadir pada saat itu untuk menanamkan pada dirinya sifat kepemimpinan karena sebenarnya setiap orang adalah pemimpin.
Beberapa menit di awal materi, Thohir sempat menanyakan siapakah yang merasa dirinya pemimpin. Hampir 90% dari peserta mengangkat tangan sebagai jawaban dari pertanyaan narasumber asal Kabupaten Lumajang ini. Namun kembali Thohir menegaskan bahwa yang terpenting saat ini bukan pengakuan diri sebagai pemimpin, tetapi apa bukti usaha kita untuk menjadi pemimpin. “Apakah pemimpin adalah mereka yang tidak berani duduk di depan? Apakah pemimpin adalah mereka yang tidak mendengarkan dan memperhatikan forum? Apakah pemimpin adalah mereka yang sembunyi, duduk di kursi paling belakang sana?” pertanyaan tegas yang membuat peserta seminar hanya bisa menganggukkan kepala sambil tertawa tipis saat itu.
Selain itu, dosen yang memiliki motto ‘apa yang anda raih adalah apa yang anda pikirkan’ ini memberikan gambaran bahwa orang yang sudah berpengalaman menjadi seorang pemimpin dan sebaliknya itu tidak sama. Nama Ahmada Rizki kembali disebut. Menurutnya, satu hal yang membedakan Ahmada dengan teman-temannya yang lain adalah penjelasan Ahmada di setiap diskusi selalu lebih luas dari yang lain. Thohir mengatakan, seorang pemimpin memiliki pendorong untuk terus belajar dan pikirannya tidak pernah tidur. Hal tersebut yang Thohir katakan sebagai pembeda antara pemimpin dan orang yang tidak pernah merasa menjadi pemimpin.
Inti dari materi yang disampaikan sekitar hampir dua jam tersebut adalah mengajak peserta untuk menerapkan leadership yang ada pada diri Rasulullah SAW. Sehingga diharapkan masyarakat BKI tidak sekadar menjadi konselor yang hanya berani menambahkan label Islam, tetapi juga bisa menjadi pemimpin yang baik dan bisa mengoptimalkan anggota dan sekitar.
Seusai acara, Khoirudin mengaku bangga dengan panitia. “Meskipun baru, tapi sudah mau berusaha menyukseskan acara ini,” ungkapnya di depan semua panitia. Khoirudin juga berterima kasih dan kembali menegaskan bahwa tujuan dibentuknya panitia dari semester bawah adalah agar terlatih menjadi pemimpin. Selain itu, Ketua Himaprodi BKI terpilih ini juga berharap agar kesolidan semua mahasiswa BKI bisa terjaga meskipun sampai saat ini masih banyak di antara mereka yang belum mengenal satu sama lain. (NN)