MediaSolidaritas.com – Usai kericuhan selama Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, pihak rektorat memanggil wali dari sejumlah tokoh mahasiswa dalam pertemuan yang dilaksanakan pada Jumat (18/8) di Ruang Meeting Lantai III Twin Tower A Tengku Ismail Yakub.
Surat pemanggilan dengan nama dokumen NODIN_KARO AAKK_PELANGGARAN_PBAK_(NAMA MAHASISWA) itu dibuat pada 16 Agustus 2023 serta ditandatangani oleh Mamat Salamet Burhanudin, Kepala Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan dan Kerjasama (AAKK) UINSA.
Adapun tokoh yang dimaksud yakni dari pihak Senat Mahasiswa (Sema) dan Dewan Mahasiswa (Dema) Universitas, Ketua Pelaksana PBAK Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Dema Fakultas Ushuludin dan Filsafat (FUF), serta satu mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI).
Faiz Dzikri Ezza Mahendra, Ketua Pelaksana PBAK FISIP 2023 yang juga merupakan salah satu mahasiswa yang mendapatkan surat pemanggilan tersebut menyampaikan tanggapannya pada kru Solidaritas (20/2).
“(Adanya surat panggilan ini, red) bukanlah suatu hal yang solutif. Dengan tindakan represif pihak rektorat melalui wali mahasiswa adalah lelucon bagi saya. Pada dasarnya, kami di sini selaku pihak yang merasa dirugikan atas kinerja rektorat hanya memberikan suatu kritik, namun mengapa responnya seperti itu?” ujar pria yang kerap disapa Eja tersebut.
Ia menambahkan dari pertemuan antara pihak rektor serta mahasiswa yang dipanggil lainnya tidak membuahkan hasil terkait penyelesaian masalah PBAK 2023, melainkan sekadar peringatan secara lisan.
Mahasiswa FISIP itu juga bertanya-tanya mengenai esensi pihak rektor mengirimkan surat cinta itu kepadanya.
“Ketika kami mempunyai momen bertemu jajaran rektorat akan ada pertanyaan-pertanyaan yang akan saya sampaikan sebetulnya. Esensi dari jajaran rektorat mengambil solusi dengan cara memanggil wali dari mahasiswa itu sebetulnya apa, karena kami dari pihak panitia pelaksana jauh-jauh sebelum hari H pun sudah mengajak jajaran rektorat khususnya Wakil Rektor (Warek) III (Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, red) untuk berdiskusi perihal PBAK,” keluhnya.
Mahasiswa prodi Ilmu Politik tersebut juga mengaku ketika pihak panitia membahas mengenai persiapan PBAK 2023, Warek selalu menghindar dengan alasan tidak ada waktu untuk membahasnya.
Ia juga menegaskan bahwa tidak akan ada evaluasi dari pihak panitia karena panitia merasa tidak ada kesalahan. Menurutnya, yang dilakukan oleh panitia kemarin hanya sekadar tindakan kritik terhadap rektor serta meluapkan rasa kekecewaan sekaligus rasa ketidakpuasan.
“Yang harus melakukan evaluasi yaitu jajaran rektorat. Dari kami sendiri tidak akan ada evaluasi. Kami tidak melakukan pelanggaran, tidak merusak fasilitas negara ataupun fasilitas kampus,” tutur Eja.
Dalam hal ini, Koordinator Bidang Kerja Sama, Kelembagaan, dan Humas UINSA Ahmad Firdausi memberikan klarifikasi sehubungan dengan pemanggilan mahasiswa tersebut.
“Karena kemarin (saat PBAK, red) banyak yang mengeluhkan mengenai Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang sampai viral itu, maka kami adakan silaturahmi kekeluargaan bersama wali dari tokoh-tokoh mahasiswa tersebut. Harapannya, penjelasan bisa tersampaikan kepada orang tua, kemudian orang tua bisa menyampaikan kepada putra-putrinya, lalu bisa disebarkan ke teman-teman yang lain,” terang Firdaus.
Ia juga menceritakan bahwa dari 7 wali tokoh mahasiswa yang diundang, hanya 4 yang menghadiri undangan tersebut. Itupun yang menghadiri bukan orangtua, melainkan saudara atau kakaknya.
“Tidak ada indikasi skorsing ataupun sanksi apapun. Bagaimanapun juga ini anak-anak kita dan Pak Rektor (Akhmad Muzakki, red) pun terbuka untuk menerima kritik dan saran dari siapapun termasuk komunikasi dengan teman-teman ini (mahasiswa, red),” ujarnya.
Firdaus mengakui adanya beberapa hal yang perlu perbaikan dari sisi rektorat. Menurutnya, terdapat pola-pola komunikasi yang harus diurai bersama sehingga dari pihak rektorat bisa mempersilahkan untuk membuka komunikasi yang berpola seperti tema dan waktu yang jelas.
“Tetap akan ada perbaikan. Nanti kami minta saran kepada Sema U, Dema U, dan juga jajaran lainya untuk menentukan pola komunikasi bagaimana yang diinginkan,” tutupnya.
Reporter: Tasya Rachmadila R, Mar’atul Mufidah, Alfi Rohmah
Editor: Tanaya Az Zhara