MediaSolidaritas.com – Suasana di kampus ini tak pernah sepi. Koridor-koridor yang ramai dipenuhi oleh mahasiswa yang bergegas ke kelas dengan buku-buku tebal di tangan, sementara yang lain berkumpul di sudut-sudut untuk berdiskusi atau sekadar berbagi cerita. Dari pelajar tahun pertama yang penuh semangat hingga mahasiswa tingkat akhir yang penuh dedikasi, setiap orang membawa energi unik ke dalam kehidupan kampus.
Di tengah jeda perkuliahan bersama riuhnya suara mahasiswa yang saling bersahutan, saya berkesempatan untuk melakukan wawancara eksklusif bersama pemenang Duta Santri Nasional 2023.
Di koridor Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, kami mulai berbincang ria, meskipun lalu-lalang mahasiswa membuat kami sesekali terdistraksi oleh mereka.
Ahmad Nasikhul Huda atau yang lebih akrab disapa Nasikh merupakan santri Pesantren Mahasiswa Al Jihad Surabaya. Sebelumnya ia juga pernah menempuh pendidikan menengah atas di Madrasah Aliyah Matholi’ul Anwar, Lamongan.
Penuh antusias, Nasikh membagikan pengalamannya selama mengikuti seleksi Duta Santri Nasional 2023. Kami berbincang diatas bangku kuliah di koridor kampus dengan suara derap langkah kaki mahasiswa yang sesekali melintas.
Pria kelahiran Lamongan tersebut mulai bercerita tentang alasan awal ia mengikuti Duta Santri Nasional. Ia menuturkan bahwa sebelumnya ia tidak pernah tertarik dengan kegiatan duta karena merasa tidak cukup percaya diri.
Rasa insecure tentu saja menghinggapi Nasikh yang belum pernah sekali pun mengikuti kompetisi duta sebelumnya. Saingannya yang berasal dari seluruh Indonesia membuatnya takut dan hampir ingin menyerah.
Namun, karena sudah sampai di tengah jalan Nasikh kembali membulatkan tekadnya dengan memegang teguh kalimat filosofis berikut, “Lek wes kadung jegur yo mesisan teles (kalau sudah terlanjur nyemplung ya sekalian basah),” ucap Nasikh.
Kalimat tersebut merupakan sebuah kiasan yang memiliki makna bahwa ketika ketika sudah memulai sesuatu maka lakukanlah dengan sungguh-sungguh hingga akhir.
Sambil memperbaiki posisi duduknya, Nasikh bercerita bahwa teman-temanyalah yang memaksa dan mendorongnya untuk mengikuti Duta Santri ini. Bahkan teman-temannya yang memberikan informasi terkait persyaratan yang dibutuhkan untuk mendaftar menjadi Duta Santri.
“Ya mungkin suara dari temen-temen ini adalah suara dari Tuhan, karena dari diri saya saya sendiri belum ada dorongan yang kuat untuk mendaftar. Hasil dari dorongan teman-teman tersebut akhirnya saya berani untuk mendaftar,” terangnya.
Selain dari dukungan teman-teman, keresahan Nasikh terhadap citra buruk pesantren yang belakangan ini sedang di gempur dengan isu-isu miring juga menjadi alasan ia membulatkan tekad untuk mengikuti kompetisi Duta Santri Nasional 2023.
Nasikh mengungkapkan keresahannya terhadap media-media saat ini yang seringkali hanya memberitakan citra buruk pesantren. Padahal santri-satri dari seluruh pesantren di Indonesia lebih banyak menorehkan prestasi namun jarang sekali diberitakan oleh media.
“Saya prihatin dengan kondisi pesantren belakangan ini, yang mana banyak isu-isu buruk yang selalu diangkat atau dipanas-panaskan oleh media. Dan saya rasa salah satu cara untuk menyelamatkan nama baik santri dan pesantren Indonesia adalah dengan membangun branding melalui Duta Santri ini” ucap mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam tersebut.
Proses seleksi Duta Santri 2023 cukup panjang dan sangat ketat karena diikuti oleh 6431 santri dari seluruh Indonesia. Proses seleksi tersebut dibagi menjadi delapan tahap yang dimulai dari bulan Juli hingga puncaknya pada peringatan Hari Santri Nasional, Jum’at (20/10/23). Tahap final diikuti oleh 48 finalis, yaitu 24 putra dan 24 putri dari 16 Provinsi di Indonesia.
Dalam pemilihan Duta pada umumnya peserta akan diminta untuk menampilkan bakat yang mereka miliki untuk memikat hati juri. Tak disangka ternyata Nasikh memiliki bakat terpendam dalam kepenulisan puisi.
Ia menuturkan bahwa sebenarnya ia sering menulis puisi sebagai media untuk melampiaskan kereshannya, namun ia memang tidak pernah mempublikasikannya. Hingga akhirnya di kompetisi duta santri ini, ia memberanikan diri untuk manampilkan sebuah monolog yang dipadukan dengan teatrikal puisi yang mengundang decap kagum penonton.
Pemilihan Duta Santri ini dilakukan dua tahun sekali, sehingga masa pengabdian Duta Santri yang terpilih berlangusng selama dua tahun dengan program kerja yang disusun untuk memberdayakan pesantren dan santri-santri di seluruh Indonesia.
Program kerja yang disusun terdiri dari sepuluh bidang mulai agama, pendidikan, kesehatan, sains dan teknologi, sosial, hukum, multimedia dan lain-lain. Dalam bidang kesehtanan misalnya, para santri diharapkan bisa berperan aktif dalam mengadapi masalah stunting.
Melalui Duta Santri ini, Nasikh berharap bisa menjadi jembatan baginya dalam menjaga marwah dan nama baik santri. Selain itu ia berharap bisa mengubah persepsi negatif masyarakat awam bahwa sesungguhanya pesantren tidaklah seburuk yang diberitakan di media massa. Devisi multi media dirasa cocok olehnya untuk menyiarkan dan membentuk branding pesantren yang baik di tengah masyarakat.
Diakhir cerita Nasikh berpesan bagi seluruh anak muda untuk terus menggali potensi diri dan jangan pernah merasa takut untuk mencoba.
Nasikh berpesan kepada seluruh anak muda untuk tidak takut mencoba, karena kita tidak akan pernah tahu kejutan apa yang akan disiapkan Tuhan untuk kita, ketika kita berani mengalahkan rasa takut yang kita miliki.
“Sebatang emas sebelum ia menjadi berharga ia harus melewati proses saring dari pasir sungai, serta proses tempa dari api yang panas sebelum akhirnya ia menjadi bara yang berharga,” pungkasnya.
Penulis : Alfi Damayanti