Closing PBAK 2023, FAHUM Memukau dengan Tampilan Berkain
BERITA

Closing PBAK 2023, FAHUM Memukau dengan Tampilan Berkain

MediaSolidaritas.com – Mahasiswa baru (maba dan panitia Fakultas Adab dan Humaniora (FAHUM) serempak tampil eye catching mengenakan pakaian berkain di hari terakhir Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2023 di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya Kampus Gunung Anyar pada Rabu (16/8).

Hal ini selaras dengan tema FAHUM “Sastra Budaya Fundamental Karakter Bangsa” yang diusung pada tahun ini.

Ketua Pelaksana PBAK FAHUM, Ali menyatakan bahwa penggunaan kain jarik merupakan upaya dan sikap menghargai para pejuang yang memakai kain jarik saat era perjuangan.

“Kan sekarang sudah agak meredup pemakaiannya. Nah panitia berharap dengan adanya dresscode berkain dapat menaikkan value dari kain jarik ini,” ujar Ali.

Pada PBAK 2022 lalu, FAHUM juga tampil beda dari fakultas lain. Saat itu FAHUM menjadi satu-satunya fakultas yang mengenakan batik. Tahun ini bukan hanya pakaian batik saja, namun panitia memberikan suatu hal yang baru dengan dresscode berkain. Panitia berupaya untuk memberikan bukti nyata cinta tanah air melalui pemakaian kain jarik pada penutupan PBAK FAHUM 2023. 

Dekan FAHUM, Mohammad Kurjum mengonfirmasi bahwa selama persiapan PBAK FAHUM 2023, pihak fakultas selalu melakukan koordinasi dengan pihak rektorat.

“Saya menyerahkan kebijakan PBAK FAHUM 2023 kepada Wadek III karena yang memimpin dari bidang kemahasiswaan,” ujar pria paruh baya tersebut.

Ali juga mengatakan bahwa tema PBAK FAHUM 2023 berlandaskan pada sastra dan budaya. Artinya aturan busana kain jarik diharapkan dapat menjadi dasar karakter bangsa Indonesia.

Selaras dengan Ali, Kurjum pun turut memberikan tanggapan baik mengenai aturan busana kain jarik pada PBAK FAHUM 2023.

“Konsepnya sudah bagus. Saya setuju sekali dengan tema pakaian yang dipakai oleh maba. Jajaran pimpinan juga ikut menyesuaikan dengan tema yang diambil. Beda dengan yang lain ya, fakultas lain mungkin masih putih hitam,” ujarnya.

Dosen Sastra Indonesia, Endi Septiyani pun mengapresiasi PBAK FAHUM 2023. Ia mengaku bangga dengan pemakaian kain jarik batik sebagai dresscode.

“Selama 3 hari ini saya lihat cukup tertib, teman-teman maba juga terlihat cukup aktif. Responnya juga bagus, suasana kondusif. Semangat untuk belajar itu cukup besar serta teman-teman maba maupun panitia kompak berseragam kain jarik, menunjukkan rasa cinta tanah air,” Jelas wanita yang kerap disapa Endies.

Endies berpendapat bahwa adanya aturan dresscode ini tidak memberatkan para maba. Selain itu, Endies berharap untuk PBAK tahun depan seluruh maba dapat lebih interaktif. Agar semakin akrab dan kuat jalinannya antar angkatan. Endies turut memberikan masukan supaya alumni yang berprestasi dapat berpartisipasi dalam acara PBAK. 

Inas Nabila, salah satu maba FAHUM mengaku cukup antusias dengan PBAK walau terdapat kendala di hari pertama. Baginya, ini pengalaman yang berkesan dan tidak terlupakan.

“Menurut saya, kampus kita tuh cinta banget sama warisan-warisan budaya. Jadi kaya bangga gitu karena kita (red, mahasiswa baru) masih diajarkan untuk mencintai produk lokal,” ujar Inas mahasiswa Program Studi (Prodi) Bahasa dan Sastra Arab tersebut. 

Menurut Ali, pemakaian dresscode kain jarik mengalami beberapa kendala terkait pemakaian kain jarik saat PBAK. Namun dari panitia dan peserta sudah membuat kesepakatan.

“Kami menawarkan bilamana ada keberatan bisa ganti. Namun pihak maba menyanggupi ketentuan pakaian yang berlaku. Mungkin kendalanya ketidaknyamanan saat dipakai. Hal tersebut membuat mereka sering melepas kain jarik walau peraturannya harus selalu dipakai,” ujar mahasiswa Prodi Sejarah Peradaban Islam tersebut.

Ali menganggap pemakaian dresscode dapat dikatakan sukses karena kesesuaian dengan tema PBAK FAHUM 2023 dan juga maba FAHUM bnayak memberikan tanggapan positif.

“Dari semua yang dibawakan oleh panitia mulai dari penugasan, media, feeds Instagram berhasil dengan baik. Maba juga merespon sangat baik sehingga  dapat memberikan impact cinta budaya Indonesia,” tutupnya. 

 

Reporter: Tasha Faradilla R, Agustina Latifatul

Editor: Alfi Damayanti

Post Comment