FEMINAZI: EKSKLUSIF SEPERTI HITLER
OPINI

FEMINAZI: EKSKLUSIF SEPERTI HITLER

Gerakan feminisme sejatinya merupakan sebuah kesadaran yang menjadi sebuah gerakan oleh kaum perempuan untuk menuntut kesetaraan dalam berbagai bidang kehidupan terutama dalam bidang politik, pendidikan, ekonomi dan kesehatan. Namun, belakangan ini muncul sebuah gerakan baru yang disebut dengan feminisme gelombang ketiga atau sering disebut juga dengan Feminazi.

Feminazi merupakan sebutan untuk mereka yang gagal dalam menafsirkan ideologi feminis. Perilaku dan tindakan mereka bukan untuk mendapatkan kesetaraan, melainkan lebih condong untuk menjatuhkan dan merasa lebih eksklusif dibanding pria. Feminazi sangat berbeda dengan feminis walaupun kaum feminazi sering mengatasnamakan feminis. Namun tingkah laku dan perbuatan mereka justru menyimpang dari moralitas feminisme itu sendiri.

Mereka kerap merasa lebih eksklusif dan lebih tinggi dibanding pria, menyuarakan soal kesetaraan gender sambil menghina kaum pria dengan sebutan misoginis dan patriarki, serta terus-menerus meminta privilege dengan dalih emansipasi perempuan dan berharap bahwa pria akan menjadi ‘white knight dengan propaganda mereka.

Perilaku tersebut yang membuat penamaan ‘nazi’ melekat pada kaum seperti mereka dan jadilah Feminazi. Nazi yang dipimpin Hitler pada saat itu melakukan pembantaian terhadap umat yahudi untuk menunjukan dan menanamkan doktrin bahwa ras arya adalah ras terbaik di muka bumi. Sama halnya seperti kaum feminazi, mereka yang menyerang siapapun yang tidak sepaham dengan mereka dengan membawa paham feminis yang mispersepsi.

Selain itu, perlu digarisbawahi juga bahwa sistem di dunia saat ini adalah rasa hormat dan derajat yang lebih tinggi harus didapatkan lewat kerja keras dan usaha, bukan bawaan lahir apalagi gender. Bukan hanya karena dia berjenis kelamin perempuan, maka mereka layak dihormati dan disanjung lebih tinggi, begitupun juga dengan pria. Bukan karena dia pria, maka dia berhak untuk melakukan apapun dan menindas perempuan dengan dalih bahwa pria adalah pemimpin.

Lalu, bagaimana cara agar tidak menjadi feminazi dan ikut mendukung feminisme?

Cara yang pertama yang perlu dilakukan adalah dengan banyak membaca buku dan memiliki wawasan luas yang berkaitan dengan feminisme. Perlu dipahami juga poin utama dalam feminisme bahwa feminis bukanlah soal pria vs perempuan. Feminisme adalah tentang membebaskan perempuan dari dogma yang patriarki, memperjuangkan agar tidak terjadi lagi stigmatisasi, diskriminasi, subordinasi, dan marjinalisasi terhadap perempuan.

Yang kedua adalah dengan mengikuti isu gender yang terjadi di kehidupan sehari-hari, seperti kekerasan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Salah satunya dengan turut memberikan simpati dan dukungan terhadap korban, baik korbannya adalah pria atau pun perempuan.

Yang ketiga dengan memahami konsep keadilan yang hakiki. Dengan banyaknya pandangan yang rancu terkait isu gender, maka pemahaman bahwa perempuan dan pria harus selalu dalam penempatan yang sama bukanlah sebuah solusi keadilan yang hakiki. Keadilan hakiki yang dimaksud adalah hak atau penempatan yang diberikan sesuai dengan pengalaman dan background individu masing masing, bukan soal gender.

Gerakan feminazi adalah sebuah gerakan radikal dan sudah menjadi duri dalam daging di dalam gerakan feminisme itu sendiri. Ketika feminis memperjuangkan hak perempuan dari kejahatan kemanusiaan, feminazi justru berkecimpung dalam isu-isu sepele yang tidak berkaitan dengan perjuangan perempuan.

Feminisme seharusnya memperjuangkan hak perempuan dari domestikasi dan pemaksaan yang terjadi karena belenggu budaya, bukan menghina perempuan yang memang secara sadar dan mau untuk memilih untuk berkecimpung di ranah domestik.

Oleh: Rizky Alpama

Post Comment