SURABAYA, Solidaritas-ORG, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Solidaritas UIN Sunan Ampel Surabaya menyelenggarakan Seminar Nasional Kesusastraan dengan mengusung tema “Sastra dan Pemuda di Era Kekinian”, Sabtu (03/12). Dua orang penulis ternama, Hanum Salsabiela Rais, penulis novel 99 Cahaya di Langit Eropa dan Bulan Terbelah di Langit Amerika, serta Agnes Davonar penulis 15 novel dan 7 film nasional, didaulat untuk menjadi pemateri pada acara yang dilaksanakan di Auditorium UIN Sunan Ampel Surabaya ini. Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Abd. A’la turut berbangga dengan memberikan sambutan pembuka pada seminar yang berhasil menarik lebih dari seribu peserta, baik dari mahasiswa UIN, umum dan dosen. Acara ini juga dihadiri oleh perwakilan LPM Fakultas seperti LPM Progresif, LPM Edukasi, LPM Qimah, LPM Ara Aita, LPM Ar Risalah, LPM Forma dan beberapa LPM luar kampus seperti LPM Fiducia, dan STIKOSA AWS.
Acara yang bekerjasama dengan Event Surabaya ini dimulai pukul 08.30 WIB oleh Master of Ceremony, Mizan Asrori. Dilanjutkan dengan pembacaan kalam illahi oleh Ramadhani, anggota maganger LPM Solidaritas. Dirangkai dengan bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Solidaritas. Disusul dengan sambutan ketua pelaksana, Ursilawati dan dibuka secara resmi oleh Pemimpin Umum LPM Solidaritas, Handika Surbakti. Dalam kesempatan ini, Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Abd A’la turut memberikan sambutan terkait dengan diadakannya kegiatan tersebut serta mengapresiasi atas terlaksananya kegiatan ini.
Seusai pembukaan seremonial, acara diisi dengan ice breaking oleh Rahmat Faisal Nasution dan Wulansari dengan guyonan ala greget dan jargon-jargon singkat pembangkit semangat audience. Beberapa menit kemudian, acara dirangkai dengan pelantikan pengurus LPM Solidaritas periode 2015-2016 secara resmi oleh Handika Surbakti. Sembari menunggu kedatangan narasumber, acara diisi dengan Musikalisasi Puisi karya Gus Mus oleh anggota maganger LPM Solidaritas.
Beberapa menit kemudian, acara inti dibuka oleh moderator Ahmad Maskur, senior LPM Solidaritas yang pernah menjabat sebagai Pimpinan Redaksi (Pimred) tahun 2013. Dalam sharing bersama dua penulis ini, moderator mengajukan beberapa pertanyaan kepada masing-masing narasumber secara bergantian. Hanum, penulis yang berhasil menyelesaikan studi S1 Kedokteran Gigi mengatakan, untuk mengerjakan segala sesuatu membutuhkan passion. “Dan saya memilih menulis karena passion saya di sini, bukan jadi dokter gigi,” ungkapnya.
Hanum mengatakan, dengan menulis, seolah-olah kita bisa berteriak dan melepaskan satu-persatu keresahan. Bahkan, novel-novelnya memang benar-benar lahir dari keresahan dalam hatinya. “Terkadang ada satu penggalan kehidupan kita yang kita anggap sangat menyedihkan, namun bisa saja itu menjadi inspirasi bagi banyak orang”. Tak kalah dengan Hanum, dengan suaranya yang lirih dan serak pasca menjalani operasi pita suara, Agnes mengatakan bahwa menulis panjang maupun pendek asalkan berdasarkan hati maka akan menghasilkan karya yang bagus.
Putri dari tokoh besar PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama), Amin Rais ini mengatakan bahwasannya untuk berhasil menjadi penulis pasti harus melalui proses yang cukup panjang, “Batu yang ditetesi air hujan lama-lama akan berlubang, maka janganlah menyerah dan tunjukkan keberhasilan-keberhasilan anda setitik demi setitik, secuil demi secuil, jangan abaikan,” katanya. Ia juga menekankan pentingnya mempunyai ide kreatif. “Kita dituntut untuk membuat tren, bukan hanya mengikuti tren,” kata Agnes.
Setelah sesi tanya jawab usai, forum diskusi akhirnya ditutup oleh moderator dengan menyimpukan pembicaraan bersama kedua narasumber. “Menulis itu penting, berkarya itu penting. Kau boleh pandai setinggi langit, namun kalau tidak menulis maka kau akan tertinggal oleh peradaban zaman,” simpul Maskur.
Seusai forum diskusi, acara dilanjutkan dengan pengumuman pemenang Lomba Esai Nasional LPM Solidaritas. Juara I diraih oleh Dajauran dari Universitas Brawijaya dengan hadiah uang tunai sebesar satu juta rupiah, trophy, piagam penghargaan, tiket seminar dan buku antologi esai. 20 peserta terbaik, Muhammad Faidzdiya’ Ul haq Kharisma dari Universitas Gadjah Mada, mendapatkan uang tunai sebesar 750 ribu rupiah, trophy, piagam penghargaan, tiket seminar dan buku antologi esai. 20 Peserta Terbaik, juara ketiga diraih oleh Fakhrudin Ahmad dari Universitas Jember, menerima uang tunai sebesar 500 ribu rupiah, trophy, piagam penghargaan, tiket seminar dan buku antologi esai 20 Peserta Terbaik. Hadiah diserahkan langsung oleh Hanum Salsabila Rais dan Agnes Davonar.