mediasolidaritas.com – Beberapa bulan terakhir ini, ketika memasuki gerbang masuk Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya tampak bangunan dengan sembilan lantai yang masih belum selesai. Bangunan yang berdiri megah di utara Fakultas Syariah dan Hukum itu nantinya akan menjadi gedung perpustakaan kedua setelah gedung perpustakaan pertama yang berlokasi di belakang Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Terkait alasan mandeknya pembangunan, banyak isu yang beredar dikalangan mahasiswa, mulai dari kurangnya dana, jatuhnya alat berat pada bulan Desember tahun lalu, hingga isu terbaru; kampus sedang berkonsentrasi pada pergantian rektor bulan April ini. “Mungkin dananya sedang dialihkan ke pembangunan yang lain,” ungkap Anggik Mileni Putri, mahasiswi semester enam jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI).
Menanggapi isu yang sedang beredar, Solidaritas melakukan klarifikasi kepada bagian umum kampus (16/4). Heti Wahyuni, selaku Kepala bagian Umum menjelaskan, “Berhenti (pembangunan gedung perpustakaan, red) ya karena pekerjaannya sudah selesai sesuai dengan alokasi anggaran,” ungkapnya. Elly Fatmawati, Kepala Keuangan bagian Umum menuturkan bahwa proyeknya sudah selesai dari 27 Mei sampai 21 November 2017. “Memang pekerjaannya itu hanya konstruksi dan tidak sampai selesai, jadi nanti akan diteruskan dengan anggaran tahun 2018,” tambah Elly saat ditemui di kantornya.
Pembangunan gedung perpustakaan sendiri, merupakan dana hibah dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. “Dananya 27 M,” ujar Elly. Bangunan perpustakaan dikerjakan oleh PT. Surya Sarana Sentosa dari Sidoarjo, selaku pemenang tender. Nantinya proses pembangunan akan dilanjut dengan dana dari Kementerian Agama yang sekarang sedang diajukan oleh pihak kampus. Sedangkan terkait dana hibah dari Pemkot sudah selesai untuk konstruksi yang sembilan lantai.
Terkait penyelesaian bangunan perpustakaan diusahakan selesai pada tahun 2018. Gedung dengan sembilan lantai tersebut memiliki pembagian ruang di tiap lantai, hal tersebut sudah ditentukan sesuai kebutuhan. Nantinya, lantai 1 untuk parkir roda empat; lantai 2, 3, dan 4 untuk parkir roda dua; lantai 5 untuk ruang sirkulasi, ruang administrasi, ruang pengolahan, ruang pengembangan koleksi dan ruang teknis; lantai 6 untuk ruang koleksi umum dan ruang baca; lantai 7 untuk ruang koleksi khusus (skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, dll), ruang koleksi tandon dan ruang baca; lantai 8 untuk ruang referensi, ruang koleksi kerjasama, ruang audiovisual, ruang sidang dan ruang perawatan; lantai 9 untuk ruang digital manuskrip, ruang koleksi digital, ruang eksebisi dan ruang prepositori. (Jhn/Del)