Solidaritas-uinsa.org—Hari Anak Internasional yang jatuh pada 20 November 2017 menjadi alasan utama Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) dan Senat Mahasiswa (Sema) Fakultas Psikologi dan Kesehatan (FPK) UIN Sunan Ampel Surabaya dalam menggelar acara Talkshow 180 Menit Lebih Dekat Bersama Seto Mulyadi. Acara dengan tema “Generasi Cerdas Bebas Kriminalitas” dilaksanakan Senin (20/11), bertempat di Gedung Auditorium UIN Sunan Ampel Surabaya. Selain untuk memperingati Hari Anak Internasional, acara ini juga memeriahkan Dies Natalis FPK yang ke-4.
Sesuai dengan nama acara, pada talkshow ini, Dema dan Sema FPK mendatangkan lelaki yang akrab disapa Kak Seto sebagai narasumber, dengan Suryani, Kaprodi Psikologi UINSA sebagai moderator. Kak Seto mengangkat tema “Mewujudkan Generasi Cerdas” dengan visualisasi beragam. Tidak hanya slide yang dipenuhi gambar, tapi juga nyanyian yang melibatkan semua peserta talkshow, serta dongeng menggunakan boneka tangan.
“Semua anak itu pada dasarnya cerdas, karena spektrum cerdas itu luas, jadi jangan memaksa anak untuk cerdas akademis,” ujar Kak Seto, yang juga menjabat Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) mengawali talkshow. Penuturan Kak Seto berangkat dari fenomena banyaknya kasus anak-anak di bawah umur yang terlibat kenakalan remaja, kabur dari sekolah, mabuk, dan melakukan hal yang bukan sewajarnya.
Menurutnya hal ini dapat muncul akibat kurang tepatnya orang tua dalam mendidik. Seperti memaksa anak-anak untuk bersekolah saat masih kecil, padahal dunia anak-anak adalah dunia bermain. Begitu pula dengan orang tua yang mudah sekali memarahi anaknya ketika melakukan kesalahan. Sekolah yang terasa seperti penjara pun menjadi salah satu faktor maraknya kenakalan remaja.
Istilah school phobia menjadi marak terdengar, banyak siswa kabur dari sekolah, melakukan hal yang tidak sepatutnya dilakukan oleh remaja seusianya. Kak Seto menjelaskan, bahwa pendidikan ideal adalah yang berisi pendidikan etika, estetika, ilmu pengetahuan, teknologi, nasionalisme, dan kesehatan. “Setiap anak itu terlahir unik, otentik, dan tidak dapat dibandingkan dengan yang lain,” tambah Kak Seto sebelum mengakhiri pemaparannya.
Momen Hari Anak Internasional cukup berkesan bagi mahasiswa FPK, selain karena hadirnya Kak Seto dalam acara tersebut, juga karena banyak sekali masalah-masalah psikologi dan kenakalan remaja yang terjadi belakangan ini yang sangat memprihatinkan. Ketua Pelaksana acara, Masrufatul Aziza mengungkapkan, “Dari basic Kak Seto di psikologi dan kurangnya acara yang mengedukasi belakangan ini membuat kami tertarik untuk mengundang Kak Seto sebagai narasumber. Ini juga sebagai bentuk kepedulian kami, mewakili mahasiswa FPK, untuk mengatasi permasalahan tersebut.”
Melalui acara yang diikuti 600 peserta tersebut, penyelenggara berharap bisa diperoleh ilmu yang bermanfaat dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, “Sehingga permasalahan dan kriminalitas yang melibatkan anak di bawah umur dapat berkurang,” harap Hendro, Ketua Dema FPK saat ditemui Solidaritas usai acara. (fjr/kin/jod)