Kini, Tujuh Surat Menjadi Syarat Kelulusan FDK
BERITA

Kini, Tujuh Surat Menjadi Syarat Kelulusan FDK

Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) tahun ajaran 2019/2020 telah memasuki hari ketiga. Pada hari Jumat (16/08), para mahasiswa baru dikelompokkan dengan fakultasnya masing-masing, untuk memperoleh materi tentang fakultas. Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) menerima materi di Aula Fakultas Syariah dan Hukum.

Pukul 09.30 WIB, mahasiswa baru FDK menerima materi pengenalan dari Abdul Halim, selaku Dekan Fakultas. Dalam permulaan pemaparan materi, Abdul Halim mengenalkan para mahasiswa dengan enam syarat berhasilnya ilmu, yang dikutip dari kitab Ta’lim Al-Muta’allim.

Abdul Halim menjelaskan terdapat enam syarat, yakni cerdas, rasa semangat dalam belajar, sabar, biaya atau modal, adanya guru, dan waktu yang panjang. Enam hal tersebut biasa dikenalkan kepada santri di pesantren, bahkan sampai bersifat wajib.

Abdul Halim menuturkan, bahwa pengenalan enam hal tersebut merupakan bentuk perwujudan nilai integrasi keilmuan, antara keilmuan umum (science) dan agama. Ia menjelaskan bahwa mahasiswa harus kuat dalam dua pilar, yakni keislaman dan science.

Petinggi Fakultas tersebut juga menjelaskan bahwa, latar belakang filosofis atas pemberian materi tersebut adalah penjabaran dari visi fakultas dakwah itu sendiri, yakni menjadi pusat dakwah transformatif berbasis riset dan teknologi informasi.

“Lalu apa yang harus kita transformasikan, pertama value atau nilai yaitu nilai-nilai keislaman, kedua knowledge atau ilmu pengetahuan. Tetapi ilmu pengetahuan ini tidak cukup kalau tidak dibangun dengan pondasi keislaman,” ujarnya pria paruh baya itu.

Ia juga menambahkan bahwa kecerdasan juga dapat dipahami menjadi tiga jenis. Kecerdasan akademik yakni berpikir logis dan kritis, kecerdasan emosional, juga kecerdasan spiritual.

Dalam wawancara tersebut, Abdul Halim juga menjabarkan rancangan program yang akan ia laksanakan selama periode kepemimpinannya. Salah satunya adalah penguatan karakter santri pada mahasiswa FDK. Langkah yang akan Ia lakukan pada awal periode keduanya ini adalah melakukan mapping terhadap kompetensi keislaman mahasiswa. Untuk sementara ini, masih dilakukan pada kompetensi membaca Alquran.

Ia melanjutkan, setelah adanya mapping tersebut, mahasiswa yang terindikasi masih kurang dalam membaca Quran akan diberikan pendampingan khusus dari pihak fakultas dalam program Mentorship Student. Pria bergelar doktor itu mengatakan bahwa yang akan diberdayakan untuk menjadi pendamping atau mentor adalah pihak mahasiswa sendiri, yang telah memiliki kemampuan yang lebih baik.

Menurutnya itu juga merupakan salah satu perwujudan dari hal-hal yang disebutkan sebelumnya, yakni dakwah transformatif. Ia juga menyebutkan bahwa kemampuan dan pengalaman juga perlu dikembangkan, salah satunya adalah pembelajaran dengan menjadikan mahasiswa sebagai mentor.

“Tidak ada jadwal formal, tergantung kesepakatan antara mentor dengan mahasiswa yang dimentori, tetapi ada instrumennya. Itu sekaligus untuk memberdayakan yang memang sudah bagus. Itu juga yang saya terapkan di front desk, nanti di laboratorium juga begitu. Jadi ada pembelajaran disitu, transformation of skill,” lanjutnya.

Selain program mentorship student tersebut, Abdul Halim juga menambahkan bahwa mulai pada mahasiswa angkatan 2018/2019, akan diberlakukan keharusan hafal tujuh surat alquran pilihan, seperti Surat Ar-Rahman, Al-Waqi’ah, Al-Mulk dan beberapa lainnya, untuk menjadi syarat kelulusan mahasiswa.

Menurut Firhand, mahasiswa prodi KPI, syarat agar hafal surat itu akan lebih baik jika dialihkan pada pemahaman Quran secara kontekstual.

“Yang lebih penting itu bagaimana setiap muslim paham terhadap makna alquran, mengetahui arti, seluk beluk, asbabun nuzul dan sebagainya. Sehingga awak dewe ngerti apa yang terkandung dalam alquran itu,” ungkapnya pada kru Solidaritas saat diwancarai.

Disisi lain ia sangat setuju dengan program mentorship student, karena menurutnya untuk membaca dan memahami Alquran diperlukan teknik tersendiri, sehingga dapat diperoleh makna yang benar.

Abdul Halim berharap dengan adanya pemantapan nilai integrasi keilmuan ini, mahasiswa FDK dapat menjadi agen dakwah yang transformatif dan memahami teknologi informasi. (njb/atm)

Post Comment