Komunikasi Bukan Panasea Universal; Tidak Semua Hal Bisa Selesai Dengan Bicara
OPINI

Komunikasi Bukan Panasea Universal; Tidak Semua Hal Bisa Selesai Dengan Bicara

Konflik dan negosiasi adalah dua hal yang sering disandingkan dan dibicarakan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam dunia profesional maupun akademik, sehingga tidak sedikit anggapan yang muncul bahwa penyelesaian suatu konflik adalah ‘dibicarakan baik-baik’. Padahal tidak semua hal bisa selesai dengan diskusi, rundingan, negosiasi atau beragam istilah komunikasi verbal lainnya.

Deddy Mulyana menuliskan 12 prinsip-prinsip komunikasi dalam bukunya Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Salah satu dari 12 prinsip tersebut adalah “Komunikasi bukan panasea universal”,

Paneasea berasal dari kata panacea yang merupakan nama dewi penyembuhan di Yunani. Panacea juga diartikan sebagai obat mujarab yang bisa menyembuhkan segala penyakit. Bisa ditarik kesimpulan bahwa panasea universal adalah obat dari segala hal.

Berdasarkan prinsip-prinsip komunikasi, kita bisa mengetahui bahwa komunikasi bukanlah penyelesaian dari segala bentuk konflik. Ada beberapa hal yang perlu diselesaikan dengan tindakan dan aksi nyata.

Komunikasi memiliki porsi tersendiri dalam penyelesaian suatu masalah. Tidak semua orang bisa terus menerus berdebat dalam sebuah krisis. Berpendapat memang suatu kebebasan, namun ada pihak-pihak yang seharusnya tidak terlalu banyak berbicara karena memegang kendali atas pengambilan keputusan, misalnya pemerintah. Pemerintah tidak bisa hanya berpendapat ataupun berbicara dengan tujuan menenangkan masyarakat di tengah sebuah konflik, harus ada tindakan nyata yang diambil sebagai wujud eksistensi pemerintah.

Begitu juga dalam permasalahan personal. Ada masa, dimana kita perlu membicarakan, mendiskusikan, ataupun menegosiasikan masalah kita. Namun, juga ada fase dimana kita perlu mengambil keputusan agar bisa bertindak dengan benar dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.

Komunikasi pada keadaan tertentu memang bisa menjadi penyelesaian suatu konflik, tetapi komunikasi juga bisa menjadi penyebab sebuah konflik terjadi. Ambisi yang berlebih membuat individu merasa lebih baik dari individu lainnya, sehingga bisa membuat mereka berkomunikasi secara emosional, sentimental dan inkonsistensi. Komunikasi seperti inilah yang menyebabkan komunikan salah dalam menangkap pesan dan menyebabkan rasa marah, kesal ataupun sedih saat mendengar pesan tersebut.

Selain komunikasi secara verbal, komunikasi secara nonverbal juga bisa memantik terjadinya konflik. Misalnya perbedaan perspektif tentang cara berpakaian dalam suatu acara. Seseorang menganggap dalam acara rapat ia harus memakai setelan tuksedo, sedangkan individu lainnya menganggap setelan kemeja saja cukup. Perbedaan ini bisa mengakibatkan konflik jika salah satu dari mereka menganggap yang lainnya salah.

Komunikasi seperti dua mata pisau, ia bisa menjadi penyebab suatu masalah tetapi juga bisa menjadi penyelesaian dari suatu masalah, tergantung bagaimana kita menggunakannya. Tetapi komunikasi juga tidak bisa dijadikan solusi dalam semua masalah, karena pada keadaan tertentu yang diperlukan adalah tindakan.

 

 

Oleh: Arta Laras Angelia

Post Comment