mediasolidaritas.com – Hari terakhir Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK), Jumat (31/8), terlihat ada kegiatan berbeda yang dilaksanakan Mahasiswa Baru (Maba) Fakultas Adab dan Humaniora (Fahum). Beberapa Maba Fahum berbaris di luar dan menolak untuk masuk ruangan untuk menerima materi PBAK.
Mereka membawa kertas bertuliskan protes terhadap fasilitas yang diterima Maba pada waktu PBAK. Demonstrasi dimulai saat salah satu Maba maju dan berorasi.
Alfin Sholeh, Maba program studi Sejarah Peradaban Islam memberikan orasi yang berisikan ketidak sesuaian fasilitas yang diterima dengan Uang Kuliah Tunggal (UKT) Maba. “Kita itu kasihan sama anak mandiri, mereka bayar UKT itu enam juta tapi difasilitasi yang nggak pantas, AC-nya cuman dua,” ungkap Alfin ketika ditemui Solidaritas.
Alfin menambahkan, ruangan materi PBAK terlalu sempit, panas dan toiletnya ada yang tidak berfungsi. Mahasiswa asal Surabaya ini menuntut adanya perbaikan fasilitas baik saat PBAK maupun ketika kegiatan perkuliahan sudah dimulai.
Alfin mengungkapkan awalnya dia dan temannya berdiskusi dan sepakat bahwa mereka merasa tidak mendapat fasilitas yang layak. Ia juga mengajak para Maba yang lain untuk menyatukan suara terkait masalah fasilitas tersebut. “Selama tiga hari, kami sebagai Maba Fahum itu diam, karena mau memberontak itu tidak ada pendukung,” ungkapnya. Alfin juga berpesan untuk semua pihak kampus agar memberikan yang terbaik untuk mahasiswa baru, agar mereka bisa nyaman dalam kegiatan perkuliahan.
Setelah demonstrasi berlangsung hampir setengah jam, pihak Akademik Fahum datang dan memberikan tanggapan untuk mahasiswa baru. Nasaruddin selaku Wakil Dekan III Fahum menjelaskan bahwa terkait fasilitas ia akan menginstruksikan pada penanggung jawab acara untuk mendinginkan ruangan.
Nasaruddin sangat mengapresiasi aksi demonstrasi maba. “Itu positif, itu santun, tidak anarkis dan akan menjadi masukan bagi kami,” ungkapnya. Dosen Bahasa dan Sastra Arab tersebut tetap meminta kerja sama mahasiswa untuk mensukseskan hari terakhir PBAK ini.
Menurut Nasaruddin, demonstrasi yang dilakukan mahasiswa baru sangatlah positif, karena mereka menyuarakan dirinya. Tetapi Ia juga memberikan opsi selain demonstrasi, yaitu audiensi oleh perwakilan mahasiswa. “Misalkan didalam ruangan itu lebih enak diutarakan, lebih nyaman juga, tapi mahasiswa memang sukanya demo karna adrenalinnya lebih terpompa,” candanya. Nasaruddin juga memahami bahwa cara demonstrasi itu juga menunjukkan bahwa masalah yang terjadi sudah gawat dan butuh segera diselesaikan. (ais/riq/and)