SURABAYA, Solidaritas—Sabtu (17/10) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Solidaritas UIN Sunan Ampel Surabaya menyelenggarakan Diklat EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dengan tema Menyelaraskan Bahasa Melalui EYD. Kegiatan yang diikuti tujuh belas peserta dari anggota maganger ini bertempat di ruang multimedia lantai tiga gedung B Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UINSA. Tujuan kegiatan ini untuk menambah wawasan, semangat, dan pemacu lebih maju bagi para anggota Solidaritas, sebagaimana penuturan Yuli, ketua pelaksana.
Kegiatan yang merupakan program kerja Badan Pengurus Harian (BPH) ini dimulai pada pukul 11.00 WIB dengan pembukaan secara seremonial. Kemudian dilanjutkan dengan materi pertama tentang Sejarah EYD dari Dulu Sampai Sekarang, oleh Siti Rumilah, dosen Fakultas Syariah dan Hukum UINSA. Perempuan alumnus UNESA (Universitas Negeri Surabaya) jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tersebut menjelaskan sejarah dimulainya ejaan dari masa van Ophuijsen, ejaan Soewandi sampai Ejaan Yang Disempurnakan yang diresmikan tahun 1972 M. Selain itu berbagai macam kaidah penulisan dan pemakaian huruf tidak luput dari penjelasan ibu dua anak ini.
Selesai istirahat dan salat acara dilanjutkan pada materi kedua tentang Eksistensi EYD di Tengah Arus Sosial Media. Masduri, selaku pembicara menjelaskan perihal tersisihnya EYD pada setiap aktivitas remaja masa kini khususnya dalam percakapan maupun tulisan sehari-hari. “EYD tersisihkan sebagai bias dari keinginan sebagian orang untuk menunjukkan eksistensi diri,” ungkap mantan Redaktur Solidaritas tersebut mengutip perkataan Kuncorodiningrat. Ia menambahkan bahwa hanya orang yang mendalami dan punya ‘kepentingan’ dalam dunia tulis-menulis yang akan memperhatikan dan mempedulikan EYD. Meski bukan hal yang subtansial, Masduri menyebut EYD sebagai suatu hal yang mendasar, penting diperhatikan, dan dipelajari. Mahasiswa asal Sumenep tersebut menyarankan agar mahasiswa membiasakan menggunakan ejaan yang baik dan benar supaya ketika menulis sudah lancar sendiri.
Materi terakhir tentang Penerapan EYD dalam Tulisan Berita disampaikan oleh Ulviyatun Nikmah, mantan pengurus Solidaritas. Perempuan asal Jember tersebut mengingatkan bahwa dalam penulisan berita sangat penting menyederhanakan tulisan, karena makin sederhana tulisan tersebut makin baik. “Ada beberapa cara menyederhanakan berita yaitu, segera menampilkan pokok berita, menggunakan kata yang mudah dipahami, dan hindari pembukaan dengan anak kalimat atau keterangan.” Ungkapnya setelah pembacaan surat al-Fatihah untuk alm. Ahmad Matin membuka materi. Terakhir acara ditutup dengan foto bersama pemateri. Dihubungi secara terpisah, Yuli, ketua pelaksana menyatakan bahwa acara ini pertama kali diadakan dan merupakan program kerja yang mendadak. “Sebenarnya acara ini program HRD (Human Resources Development) secara kelembagaan, namun karena mendadak maka diletakkan di program BPH,” ungkapnya. (MA)