MediaSolidaritas.com – Bulan suci Ramadan merupakan bulan penuh berkah dan ampunan. Bulan Ramadan menjadi momen istimewa untuk meningkatkan keimanan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ada berbagai macam tradisi di Indonesia yang dikhususkan untuk menyambut bulan Ramadan.
Hal tersebut dilakukan oleh Masyarakat Indonesia semata-mata untuk meluapkan rasa bahagia dan syukur akan kehadiran bulan penuh berkah ini. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW
“Barang siapa bahagia menyambut datangnya bulan Ramadan, maka Allah akan haramkan jasadnya tersentuh api neraka”(HR. An-Nasai).
Di Indonesia sendiri, Bulan Ramadan disambut dengan berbagai macam tradisi. Satu daerah dengan daerah yang lain memiliki tradisi yang berbeda. Tradisi-tradisi ini tidak hanya mencerminkan kekayaan budaya Indonesia, tetapi juga menunjukkan bagaimana Islam berakulturasi dengan budaya lokal.
Disamping semangat keagamaan, penyambutan Bulan Ramadan di Indonesia mengandung pesan universal tentang persatuan, toleransi, dan cinta kasih antar sesama.
Tradisi yang sudah ada memiliki pesan bahwa meskipun terdapat perbedaan latar belakang dan budaya, setiap individu tetap dapat bersatu dalam merayakan kehadiran bulan yang penuh berkah ini.
Diantara tradisi menyambut bulan suci Ramadan adalah Tradisi Punggahan, sebagian masyarakat juga menyebut dengan munggahan. Punggahan biasanya dilakukan dengan makan bersama keluarga, teman, atau kerabat di Masjid, Musala, atau di sebuah rumah.
Pelaksanaan punggahan sendiri sangat beragam, ada yang mengadakan 7 hingga 3 hari menjelang puasa, bahkan ada juga yang melaksanakan di malam pertama bulan Ramadan. Diantaranya adalah tradisi Punggahan di Kampung Bumi Lancang Kuning pedalaman Riau.
Ketika salat Isya telah usai, masyarakat Kampung Dalam Riau berbondong-bondong menuju masjid kampungnya sambil membawa sebuah wadah berisi makanan sebagai ungkapan rasa syukur.
Nasi, lauk, dan buah-buahan menjadi penyambung rasa diantara masyarakat yang diliputi kehangatan memasuki bulan Ramadan.
Seorang laki-laki yang dituakan kemudian memberi petuah dan doa sebagai menu pembuka, ketika salam penutup terucap barulah hidangan utama dimakan bersama-sama.
Punggahan dilakukan setiap menjelang bulan suci Ramadan. Masyarakat Kampung Dalam Riau menyebutnya sebagai pengingat umat muslim untuk selalu bersyukur serta membangun silaturahmi kepada saudara, kerabat, dan tetangga.
Tradisi Punggahan dihadiri oleh semua kalangan umat muslim mulai dari anak kecil hingga lansia, baik laki-laki maupun perempuan.
“Mayoritas laki-laki, perempuan sedikit biasanya yang datang” ujar Hendra Prayoga, penduduk asli Riau.
Guna melestarikan Tradisi Punggahan, masyarakat mulai mengajak anak-anak kecil hingga dewasa untuk datang ke masjid.
Tradisi Punggahan mewakili ajaran silaturrahmi yang dianjurkan dalam agama Islam untuk mempererat hubungan antara sesama muslim. Eksistensi tradisi yang tinggi ini menjadi tugas masyarakat untuk senantiasa melestarikan tradisi Punggahan terutama bagi kawula muda.
Penulis : Itsna Syaroful, Naufal Hazmy, Abu Yazid Al Bustomi
Editor : Istiana Agus Saputri, Dewi Aisyah Alya