Peringati HBI, Teman Netra Survei Aksesibilitas Taman Flora
BERITA

Peringati HBI, Teman Netra Survei Aksesibilitas Taman Flora

mediasolidaritas.com – Setiap tahun, 4 Januari, diperingati sebagai Hari Braille Internasional (HBI). Braille merupakan sistem tulisan timbul yang diciptakan oleh warga negara Perancis bernama Louis Braille untuk mempermudah difabel netra. Dalam rangka memperingati HBI, Lembaga Pemberdayaan Tunanetra (LPT) Surabaya bekerja sama dengan Yayasan Pendidikan Anak-anak Buta (YPAB).  Perayaan HBI tersebut diadakan di Taman Flora Bratang Surabaya (06/01), sekitar pukul 10 dan dihadiri oleh 12 teman difabel netra (8 laki-laki, 4 perempuan) dari YPAB. Acara dibuka oleh Sugih, ketua LPT.

Kegiatan diawali dengan lomba bercerita sejarah lahirnya tulisan Braille. Mukhlis (15), salah-satu teman netra, terlihat bersemangat ketika menyampaikan sejarah Braille, meski beberapa diantara mereka masih malu-malu berbicara di depan umum. Seusai lomba, panitia mengajak teman netra untuk survei aksesibilitas fasilitas Taman Flora bagi disabilitas, terutama untuk teman netra.

“Saya prihatin, masih kurang mbak. Yang pertama, untuk naik turunnya, lebih mudah bidang miring. Jalan-jalaanya masih bnyak yang kasar, bergelombang tidak rata. Kan teman-teman ada yang dua sentuh ada yang gini (penggunaan tongkat, red). Lha, kalau gini ada yang natap dikira ada halangan padahal bukan, tongkatnya kecantol,” tutur Iqbal, difabel netra kelas 9 SMP (21).

Hal yang sama juga diutarakan oleh Windi, Rahel dan teman-teman netra lain. Mereka juga mengeluhkan ubin petunujuk arah yang hanya ada di satu titik dan desainnya yang putus-putus dengan ubin yang lain dirasa kurang fungsional. “Jalannya hampir nggak rata sih, pun kalau ada pembatas, kayak ada tekel gitu. Itu putus-putus kayak polanya gak jelas gitu,” tutur Mukhils, difabel netra (15).

Dalam peringatan tersebut teman-teman difabel tampak bersemangat mengikuti serangkaian kegiatan yang diselenggarakan panitia. Tujuan dari kegiatan ini, sebagai masukan dan pendesakan bagi pemerintah untuk bisa menciptakan fasilitas publik yang ramah bagi semua warga negara termasuk untuk teman netra. Selain itu juga menumbuhkan rasa percaya diri bagi teman netra agar lebih berani untuk berinteraksi dengan masyarakat, serta sebagai bentuk sosialisasi pada masyarakat mengenai eksistensi teman netra dan tulisan braille. Diharapkan, menumbuhkan rasa empati masyarakat agar dapat saling peduli terhadap sesama.

Menurut Sugi selaku ketua LPT, Taman Flora Bratang belum ramah bagi kawan-kawan disabilitas. Kegiatan yang biasanya dilakukan ketika sedang berkunjung ke sebuah taman adalah berjalan menyusuri jalanan setapak sembari menikmati pemandangan taman. Namun, teman netra tidak dapat menikmati keindahan taman secara visual. Mereka tak sebebas teman non difabel saat berkeliling taman.

Difabel netra dapat ditolong dengan adanya ubin pemandu yang dipasang di sepanjang jalanan setapak taman. Ubin pemandu merupakan sejenis paving block yang memiliki motif di permukaannya sebagai penanda jalan, khususnya bagi difabel. Ubin pemandu yang bermotif garis lurus mengisyaratkan jalanan lurus, sedangkan ubin pemandu yang bermotif titik-titik mengisyaratkan berhenti atau mengisyaratkan adanya transisi jalanan.

Menurut Sugi, seharusnya pemerintah dalam setiap pembangunan terutama tempat umum harus memperhatikan kemudahan aksesnya bagi teman disabilitas. Ia mengharapkan kepedulian pemerintah agar setiap pembangunan tempat umum dapat mudah diakses oleh teman disabilitas. “Ketika konsep desain universal yang ramah disabilitas, apa yang non disabilitas juga tidak menikmati? Kan bisa lebih mudah,” pungkas Sugi. (ich/jhn/rzk)

Post Comment