mediasolidaritas.com – Penyelenggaraan Musyawarah Wilayah 3 yang diadakan (27-28/01) Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) ini dengan menghadirkan talk show dengan pemateri Muhammad Al-Fayyadl editor dari Islam Bergerak dan Abdul Wahid, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya dan juga seorang penulis buku. Acara ini digelar di Ponpes Mukmin Mandiri Sidoarjo dengan Sekertariat Surabaya sebagai tuan rumahnya. Mengusung tema “Membangun Wacana Tandingan Di Tengah Keberpihakan Media,” karena banyak pegiat persma yang bingung di mana posisinya saat ini. Sering dianggap abu-abu, dianggap bukan profesi dan lain sebagainya.
Disini pemateri menjawab semua kegelisahan dengan pernyataan bahwa persma tak lagi abu-abu. Persma memiliki hak dan kewajiban yang diatur dalam undang-undang AD/ART persma seluruh Indonesia. Persma yang dulunya dianggap hanya sebagai media alternatif kini harus menjadi media tanding yang bahkan bisa menekan kelompok-kelompok yang berkuasa untuk bisa lebih baik. “Jika persma hanya menjadi media alternatif, kembali pada pengertian alternatif yang bisa atau jarang digunakan. Apakah mau persma hanya menjadi media yang kadang dibawa kadang tidak,” ujar pria yang sering disapa Gus Fayyad.
Selain itu dalam sesi pemaparannya, Gus Fayyad juga menyampaikan bahwa persma tidak hanya mengangkat berita dan isu seputar kampus saja namun lebih dari itu yaitu menguak isu yang sedang berkembang di daerah masing-masing. Hal yang sama di sampaikan oleh Abdul Wahid yang saat itu menjadi pembicara dalam forum. Bahwa jika persma mau menjadi media tanding maka tidak hanya isu dalam kampus yang di angkat dan di kritisi. Lingkuan sekitar pula sebaiknya di bahas dan diberitakan. Masing-masing wilayah memiliki kearifan lokal dan problem yang berbeda beda. Bisa saja melalui pemberitaan suatu lembaga dapat bergerak dan mampu menjadi lebih baik.
“Menjadi persma tidak hanya memiliki ciri khas saja, namun juga mampu merubah keadaan menjadi yang lebih baik,” ujar Gus Fayyad dalam pemaparannya. Menjadi seorang penulis harusnya dengan menggunakan imajinasi. Melihat data dan peristiwa dari sudut pandang yang beragam, dan hal ini dapat membentuk persepsi masyarakat.
Keduanya berpendapat bahwa dengan pemberitaan yang diangkat dapat membangun persepsi orang bahkan masyarakat luas. Menjadi persma yang baik adalah ia yang mampu menyampaikan secara objektif dan memikirkan pembacanya. Bagaimana membawa Indonesia untuk sepuluh tahun kedepan melalui tulisan. Selanjutnya dilakukan sesi tanya jawab dan berakhir dengan sesi foto bersama serta pemberian cenderamata. Acara dilanjutkan dengan acara inti yakni Musyawarah Wilayah 3 Jawa Timur yang dihadiri oleh 23 LPM dari seluruh wilayah Jawa timur. (qi)