Oleh sanjunisme*
Aku mengingat setiap jengkal tubuhmu,
dalam buku,
dalam saku,
dalam setiap debu di sudut kusen pintu.
Aku menghafal suara tawamu,
di kereta,
di bus kota,
hingga trotoar dengan tikus mati setiap harinya.
Aku berusaha membangunkanmu,
pada pukul tiga,
di bis kota,
ke rumah kita.
Yang tersisa hanya penjual bunga di depan pagar,
setumpuk dedaunan di bawah pohon,
rumput yang membentang,
dan sebukit tanah di komplek pemakaman.
Ilustrasi : Sanjunisme
*Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya Semester 6, saat ini menjadi Manajer HRD LPM Solidaritas 2020