Resensi All Of Us Are Dead : Mengabaikan Kekerasan Kecil, Membuat Dunia Didominasi Oleh Kekerasan
RESENSI

Resensi All Of Us Are Dead : Mengabaikan Kekerasan Kecil, Membuat Dunia Didominasi Oleh Kekerasan

  • Judul               : All Of Us Are Dead (Inggris) / 지금 우리 학교는 (Korea)
  • Director          : Lee Jae Kyu, Kim Nam Soo
  • Writer             : Joo Dong Eun (Webtoon), Chun Sung Il
  • Genre              : Action, Drama, Fantasy, Survival, Friendship
  • Tanggal rilis    : 28 Januari 2022
  • Durasi              : 55-60 menit/episode
  • Produksi          : Netflix
  • Resensator      : Angelica Cindhana Florensa

Pandemi Covid-19 menyerang seluruh aspek. Virus ini terus bermutasi dan terdapat berbagai varian atau jenisnya. Fenomena yang hampir sama inilah yang dapat kita temukan di dalam drama korea (Drakor) berjudul All of Us Are Dead.

Bahkan, beberapa minggu lalu linimasa Twitter ramai oleh drakor yang dibintangi oleh Park Solomon ini. Mereka membahas bagaimana mengerikannya beberapa adegan di dalamnya. Seperti saling membunuh dan menulari virus, hingga terdapat adegan dimana beberapa orang yang sudah tertular virus “dimusnahkan” dengan cara dibom.

Cerita diawali dari seorang guru sains SMA Hyosan bernama Lee Byeong Chan menciptakan virus yang bertujuan agar anaknya menjadi kuat ketika di-bully. Namun bukannya menjadi kuat, sang anak malah menjadi zombi yang mengerikan. Akibat hal tersebut, membuat Lee Byeong Chan selama berhari-hari meneliti kondisi anaknya sekaligus mencari vaksin untuk virus ini.

Penelitian terhadap virus zombi awalnya berjalan berhasil dan tidak ada orang yang mengetahui. Tetapi seorang siswi yang bernama Kim Hyeon Ju memasuki laboratorium sains sekolah karena penasaran dengan bunyi keras di sana.

Setelah tahu jika bunyi tersebut berasal dari tikus putih, ia mencoba ingin mengelusnya. Alih-alih dielus, tikus tersebut malah menggigitnya. Dan tanpa sepengetahuan Hyeon Ju, tikus tersebut rupanya telah diberikan virus zombi oleh Lee Byeong Chan.

Akibat hal ini, Hyeon Ju terpaksa harus mendekam di laboratorium sains setelah ketahuan Lee Byeong Chan karena masuk ke sana. Tetapi rupanya ia berhasil dan kabur ke kelas kemudian memberitahukan pada guru Bahasa Inggris, Park Sun Hwa tentang penyekapannya di tempat tersebut.

Melihat kondisi Hyeon Ju yang parah berdarah-darah, membuat Sun Hwa panik dan menyuruh beberapa murid kelas 2-2 untuk membawanya ke UKS. Sesampainya di sana, ternyata Hyeon Ju berubah menjadi zombi kemudian menyerang semua orang, salah satunya petugas UKS.

Karena terkena gigitan Hyeon Ju, petugas UKS berubah menjadi zombi kemudian menularkan virus tersebut ke semua orang melalui gigitannya. Serta semua orang yang terkena gigitan orang terinfeksi, maka ia akan berubah menjadi zombi.

Wabah zombi mengerikan ini pun tidak hanya tersebar pada SMA Hyosan saja, melainkan seluruh kota. Orang-orang yang tidak terinfeksi virus zombi mencoba berbagai cara untuk bisa bertahan hidup dan selamat dari serangan ini.

Mereka semua terdiri dari sekumpulan murid kelas 2-2 yang terdiri dari Nam Onjo, Lee Cheong San, Choi Namra, Lee Suhyeok, Lee Nayeon, Han Gyeong Su, Yoon I Sak, Seo Hyo Rung, Kim Jimin, Yang Daesu, Oh Joon Yeong, Jang Woojin. Kemudian anggota klub panahan Jang Hari, Jung Minjae, serta murid kelas 12 Park Mijin dan Yoo Joon Sung.

Sayangnya dari anak-anak tersebut, hanya beberapa saja yang berhasil lolos serta berhasil dievakuasi. Sedangkan lainnya berubah menjadi zombi akibat pengorbanan diri, digigit manusia setengah zombi, serta diserang zombi karena keegoisannya sendiri.

Drama ini menyajikan bagaimana para anak SMA Hyosan mencoba menyerang zombi untuk bertahan hidup. Tetapi musuh mereka tidak hanya itu saja, melainkan juga manusia setengah zombi yang bernama Yoon Gwi Nam.

Pertarungan sengit antara Lee Cheong San, Choi Namra, dan Lee Suhyeok melawan Yoon Gwi Nam ditampilkan sangat bagus oleh Netflix sehingga membuat penonton deg-degan, takut, dan marah melihatnya.

Selain itu, konflik lain seperti keegoisan diri anak remaja ketika menghadapi zombi, pelecehan seksual, bullying yang dianggap remeh oleh pihak sekolah, kurangnya petugas penyelamatan ketika mengevakuasi korban, para pemimpin yang masih sempat-sempatnya memanfaatkan situasi kacau untuk kepentingan politik, dan masih banyak lagi.

Hal lain yang ditambahkan oleh Netflix sebagai bumbu tambahan drama ini adalah tentang cinta dan kasih sayang kepada orang terdekat. Dimulai dari pengorbanan ayah Nam Onjo dan Oh Joon Yeong, Ibu Lee Cheong San yang rela dan menempuh jalan apa pun untuk dapat ke sekolah memastikan kondisi anaknya, dan kisah cinta remaja antara Nam Onjo, Lee Cheongsan, Choi Namra, dan Lee Suhyeok.

Netflix mengemasnya dengan sangat menakjubkan sehingga membuat penonton ikut gemas dan terharu melihatnya.

Penggambaran cerita di film ini bisa dibilang runtut dan cukup bagus, tapi sayang terdapat adegan yang terasa janggal. Seperti bagaimana bisa manusia dapat bertahan hidup berhari-hari dan menyerang zombi, sedangkan mereka saja tidak makan maupun minum.

Kemudian ending yang tidak seberapa jelas dan “nanggung” sehingga menimbulkan banyak tanda tanya. Meskipun begitu, drama ini layak dan cocok sebagai hiburan di waktu senggang terutama bagi para pecinta genre zombi.

Drama All of Us Are Dead ini mengandung banyak pesan moral, seperti dapat bekerja sama dan melindungi teman tanpa adanya perasaan egois minta diselamatkan sendiri. Kemudian menunjukkan bagaimana kasih sayang orang tua terhadap anaknya dilihat dari perjuangan ayah Nam Onjo dan ibu Lee Cheong San untuk ke sekolah, juga sikap pengorbanan diri dan peduli teman seperti Oh Joon Yeong supaya teman-temannya bisa selamat dari serangan zombi.

Selain itu, film ini juga mengajarkan agar jangan pernah meremehkan masalah bullying yang terjadi pada remaja. Karena kita tidak tahu sedepresi apa korban yang mengalami bullying dan banyak pula yang justru berdalih “hanya bercanda”.

Post Comment