Dua mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) terciduk berada dalam grup WhatsApp (WA) panitia Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) FSH 2025, meski nama mereka tidak tercantum dalam pengumuman resmi di akun Instagram @pbakfsh.uinsa. Kabar ini baru diketahui pada Minggu, 6 Juli 2025. Fakhma Yadai, salah satu mahasiswa tersebut mengaku direkrut oleh Sekretaris Pelaksana PBAK FSH.
Sebelumnya, Fakhma mengaku telah mengikuti serangkaian seleksi kepanitiaan PBAK FSH 2025 seperti calon panitia lainnya. Meski namanya tidak tercantum dalam daftar lolos seleksi, mahasiswa Jurusan Hukum itu berada dalam grup WA panitia beberapa hari setelah pengumuman. Fakhma juga mengaku bahwa ia bisa masuk grup tersebut melalui nomor yang tertera pada postingan Instagram PBAK UINSA.
“Iya, daftar volunteer,” kata Fakhma terkait proses rekrutmen panitia. “Mbak Gea ta siapa gitu, nomere tercantum di IG PBAK,” lanjutnya.
Keberadaan Fakhma langsung dibantah Sekretaris Pelaksana PBAK FSH, G.A. Zinnia Maulida. Mahasiswa yang akrab dipanggil Gea tersebut menegaskan tak pernah menerima pesan dari Fakhma atau pun menambahkannya ke grup.
“Intinya aku ga nerima chat dari dia, dan kayanya dia emang ga ada di grup,” bantah Gea.
Gea juga mengaku bahwa setiap calon panitia yang namanya tercantum dalam pengumuman resmi selalu ia verifikasi nomor urut dan namanya sebelum dimasukkan ke grup.
“Setiap yang nge-pc (private chat, red) aku tak tanyain nomor urut berapa, terus tak cek nama dia terus tak masukin (grup, red),” tambahnya.
Selain daftar resmi yang diunggah dalam postingan IG PBAK FSH, Gea mengatakan bahwa Badan Pengurus Harian (BPH) PBAK menerbitkan surat rekomendasi sebagai jalur alternatif.
“Buka surat rekomendasi gitu, buat anak yang panitia PBAK gitu, jadi mungkin dia itu masuknya jalur rekomendasi itu tadi,” ungkap Gea.

Beredarnya kabar adanya jalur lain dalam seleksi, kolom komentar akun IG @pbakfsh.uinsa dipenuhi hujatan. Sebagian menuding bahwa rekrutmen panitia PBAK FSH didominasi oleh kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Ferdhian Muktie Saputra, pemilik salah satu akun yang berkomentar. Ia mengaku kecewa karena merasa proses seleksi tidak adil.
“Aku komen gitu lah, wong jelas yang keterima anak PMII semua. Siapa yang terima kalau kamu udah nyiapin CV (Curiculum Vitae, red) ngisi form, nungguin KHS (Kartu Hasil Studi, red) tapi ternyata percuma kalau kamu bukan anak PMII,” ungkap mahasiswa Jurusan Hukum itu. “Aku ikhlas kalau emang nggak keterima asalkan seleksinya transparan dan sesuai syarat. Tapi ini apa? PMII tok,” lanjutnya.
Achmad Rizal Romdoni, Ketua PMII Rayon Syariah dan Hukum, menepis dugaan intervensi kader PMII dalam rekrutmen.
“Gini mas, saya ini di DEMA (Dewan Eksekutif Mahasiswa, red) cuma sebagai anggota. Lah ngapain saya mau ngatur internal sampai sebegitunya,” ujar Achmad pada Senin (7/7).
Ia menolak memberikan keterangan lebih lanjut dan menyebut liputan ini berpotensi menjadi penggiringan opini publik.
“Saya rasa nggak perlu wawancara karena liputan ini bakalan jadi penggiringan opini publik.”
Sementara itu, sampai berita ini dibuat, Hasbi Ash Shiddiq dan Dede Muhtadin selaku Ketua dan Wakil Ketua Pelaksana PBAK FSH belum memberikan konfirmasi apa pun. Hasbi justru merasa bahwa ia diintimidasi saat dimintai keterangan dan tidak ada kepastian kapan ia bersedia untuk memberikan konfirmasi terkait rumor yang beredar.
“Kalo sampean kayak gini saya merasa sampean intimidasi Mas,” ujar Hasbi. “Berkenan (mengonfirmasi, red) Mas. Udah sampean tunggu saya konfirmasi saya bisanya kapan,” tutupnya dalam wawancara via chat, Senin (7/7).
Reporter: Bima Satrya Agnas Basid
Editor: Nurlaily Zuhrah