mediasolidaritas.com – Selasa (28/08), Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya melaksanakan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK). Kegiatan dibuka dengan upacara di Lapangan Parkir Depan Twin Tower, dilanjut dengan penyampaian materi di dalam Seport Center.
Ada kisah menyentuh hati di sana, saat Solidaritas mewawancarai seorang mahasiswa baru (maba). “Let me introduce myself, my name is Gema Fikriansyah,” sapanya seraya tersenyum. Gema, begitulah ia dipanggil. Maba jurusan Sastra Inggris ini berkenalan menggunakan Bahasa Inggris. Gema terlihat berbeda di antara ribuan mahasiswa lainnya. Ia merupakan mahasiswa penyandang difabel yang mengikuti PBAK.
Cerebral Palsy atau yang lebih dikenal dengan lumpuh otak diderita oleh Gema sejak lahir. Penyakit ini menyebabkan kaki dan tangannya tak bisa digunakan untuk gerakan halus seperti menulis. Pada awal kelahiran, ia sempat mendapat vonis tidak mempunyai harapan hidup. “Alhamdulillah ini anugerah Allah bisa hidup bahkan sampai diterima di universitas ini,” ungkap Nur Cahya, Ibu dari Gema.
Cahya menambahkan, sebenarnya Gema mendapat keringanan untuk tidak mengikuti PBAK dikarenakan kondisinya. Tetapi, Gema sendiri bersikeras untuk ikut PBAK. “Saya ingin mengikuti karena sebagai mahasiswa baru saya semangat mengikuti,” ungkap pemuda berumur 18 tahun itu.
Semangatnya bahkan diapresiasi oleh Masdar Hilmy selaku Rektor UINSA. Setelah sambutan pada upacara pembukaan Masdar datang menyalami Gema di kursi rodanya.
Selain semangatnya, Gema juga mempunyai cita-cita yang tulus. Walau dengan keadaannya yang kekurangan ia tidak patah semangat masuk UINSA, prodi Sastra Inggris. Kelak ia ingin menjadi guru agar berguna bagi orang lain. Terkait kegiatan belajar mengajar, pihak keluarga telah meminta ke akademik untuk mendapatkan keringanan. Mulai dari ruang kuliah di lantai bawah dan menyediakan pendamping yang mendorong kursi rodanya. Namun jika memang tidak bisa diwujudkan, Gema sudah diajari untuk merangkak dan mengesot untuk naik tangga.
Terakhir, Nur Cahya berpesan untuk mahasiswa maupun Staf Fakultas Adab dan Humaniora terkait kegiatan belajar mengajar Gema. “Tolong Gema jangan dibeda-bedakan, jangan dibully, tapi juga jangan terlalu diistimewakan,” tuturnya. (ais/fik)