MediaSolidaritas.com – Ramadan telah tiba, semangat ibadah para umat Muslim pun kian menggelora. Masjid-masjid dipenuhi jemaah yang ingin meraih keberkahan melalui ibadah salat tarawih. Sementara di rumah, ada yang tetap menjaga salat rawatib dengan khusyuk. Meskipun keduanya merupakan ibadah salat sunnah, salah pertanyaan kerap muncul dalam benak para jemaah; mana yang lebih utama, salat tarawih atau salat rawatib?
Pertanyaan ini tidak hanya jadi perbincangan di kalangan masyarakat yang beragama Islam, tetapi juga menarik perhatian para ulama. Untuk mendapatkan jawabannya, Tim Solidaritas berbincang dengan beberapa pakar agama, di antaranya Abdul Muid, Jamaluddin Kafi, dan Ustaz Muhammad Seggaf dari Pondok Pesantren Progresif Bumi Shalawat.
Keutamaan Tarawih: Ibadah Spesial di Bulan Suci
Menurut Abdul Muid, salat tarawih memiliki keunggulan tersendiri karena dianjurkan untuk dilakukan secara berjamaah.
“Tarawih dan rawatib sama-sama sunnah, tetapi tarawih memiliki keistimewaan karena dilakukan berjamaah. Pahalanya lebih besar, bisa mencapai 27 kali lipat dibandingkan shalat sendiri,” jelasnya.
Lebih dari itu, salat tarawih hanya dilakukan pada bulan Ramadan, berbeda dengan salat rawatib yang bisa dikerjakan sepanjang tahun. Ini berarti kesempatan menunaikan salat tarawih sangat terbatas, sehingga sebaiknya dimanfaatkan sebaik mungkin.
“Kalau salat sunnah yang ada anjuran berjamaah lebih utama, berarti tarawih lebih utama daripada rawatib,” lanjut Abdul.
Banyak Rakaat, Banyak Pahala?
Banyak orang yang berpendapat jika menunaikan lebih banyak rakaat dalam salat tarawih, maka lebih banyak pahala juga yang diperoleh. Termasuk Jamaluddin Kafi, salah satu pakar agama yang membenarkan pendapat tersebut.
“Secara hitungan, semakin banyak rakaat, semakin banyak pahala yang diperoleh. Apalagi jika ditambah dengan bacaan yang panjang dan dilakukan dengan khusyuk, tentu itu lebih baik,” ujar Jamaluddin.
Namun, apakah jumlah rakaat lebih penting dari kualitas ibadah?
Kualitas Lebih Penting dari Kuantitas
Di sisi lain, Ustaz Muhammad Seggaf mengingatkan bahwa tujuan utama salat bukan hanya mengejar jumlah rakaat, tetapi juga menjaga kekhusyukan dan tuma’ninah.
“Di zaman Nabi, semua orang bersemangat melaksanakan shalat malam, baik di masjid maupun di rumah. Namun, sekarang kebanyakan orang hanya melakukan tarawih di masjid karena kebiasaan sosial. Padahal, awalnya Nabi shalat tarawih di rumah agar orang-orang tidak menganggapnya wajib,” papar Ustaz Seggaf.
Ia juga menyoroti praktik tarawih yang dilakukan terburu-buru hingga mengabaikan tuma’ninah, yang merupakan bagian dari rukun salat.
“Yang terpenting bukan banyaknya rakaat, tetapi bagaimana salat itu dilakukan dengan baik. Salat sedikit tapi berkualitas lebih baik daripada banyak tapi tergesa-gesa,” tegasnya.
Dari perbincangan ini, dapat disimpulkan bahwa baik salat rawatib maupun salat tarawih memiliki keutamaan masing-masing. Salat rawatib lebih utama dalam konteks ibadah sunnah secara umum karena berfungsi sebagai penyempurna shalat wajib. Sedangkan salat tarawih memiliki keistimewaan khusus di bulan Ramadan, terutama jika dilakukan berjemaah karena pahalanya berlipat ganda.
Bagaimana dengan jumlah rakaat tarawih? Ini kembali pada kemampuan masing-masing. Jika mampu melakukannya dengan bacaan panjang dan khusyuk, tentu itu lebih baik. Namun, jika merasa kesulitan, mengikuti kebiasaan masyarakat juga tetap berpahala. Pada akhirnya, kualitas ibadah jauh lebih penting daripada sekadar mengejar jumlah. Jadi, mana yang akan Anda prioritaskan di Ramadhan kali ini?
Reporter: Nur Aisyah Putri Mayla, Ayu Ardila, Eka Raudatul Jannah
Editor: Nurlaily Zuhrah