The Guilty: Orang Rapuh Menolong Orang Rapuh
RESENSI

The Guilty: Orang Rapuh Menolong Orang Rapuh

  • Judul               : The Guilty
  • Sutradara        : Antoine Fuqua
  • Adaptasi          : Den Skyldige* (2018)
  • Genre              : Thriller & Crime
  • Durasi             : 90 Menit
  • Tanggal Rilis  : 11 September 2021 (TIFF)** / 1 Oktober 2021 (Netflix)
  • Produksi          : Bold Films, Amet Entertainment, Capstone Pictures, Nine Stories Production, dan Fuqua  Films
  • Reviewer         : Raya Akbar Tiar Wibowo

Broken people save broken people! Kutipan tersebut menjadi pesan yang tertanam di benak para penonton The Guilty dengan berbagai lika-liku peristiwa sepanjang film. Kutipan di atas lebih mampu menjelaskan gambaran film dengan baik  dibandingkan narasi cerita yang dibentuk oleh sang sutradara itu sendiri.

Sinopsis :

Bercerita tentang seorang polisi Los Angeles bernama Joe Baylor yang bermasalah dengan pekerjaanya sekaligus tengah menunggu persidangan.  Akibat masalah pekerjaanya tersebut, ia  harus berkerja di layanan call center 911. Suatu hari, Joe mendapatkan telepon dari seorang wanita bernama Emily Lighton yang melaporkan bahwa dirinya sedang diculik, Joe kemudian mengetahui bahwa Emily bersama penculiknya sedang berada di mobil van berwarna putih.

Emily yang sedang takut kemudian menutup telepon sebelum Joe mendapatkan informasi yang lebih detail. Joe yang bermodalkan minimnya informasi, meminta bantuan kepada polisi lalu lintas California namun ditolak karena mereka tidak bisa melacak mobil tersebut tanpa plat nomor tertera jelas, sehingga Joe memikirkan berbagai cara untuk menyelamatkan Emily.

Review Film :

The Guilty memiliki premis yang ringan dan mampu dikemas dengan rapi, sehingga penonton dapat menangkap alur cerita dengan baik. Premis tersebut menjadi pemanis awalan saja, sedangkan penjelasan film lebih terasa membingungkan. Hal tersebut tampak jelas ketika tempo film beranjak cepat, sang sutradara malah memilih memasukkan masalah lain, seperti Joe sering mendapat distraksi dari emosi, rekan kerja, hingga dering telepon sehingga merusak gairah penonton di puncak rasa penasaranya harus tersekat.

Bermodalkan suara telepon dari para korban, film ini berhasil menampilkan genre thriller dengan baik. Dialog yang dimainkan terasa menakutkan ketika korban dan pelaku berbicara kepada Joe. Sang sutradara sepertinya tidak ingin penonton merasa tegang terus-menerus, sehingga ia memasukkan karakter seorang anak dengan suara lemah-lembutnya. Di saat bersamaan ia ingin menjaga ketegangan filmnya di level yang konstan, sehingga suara anak kecil yang polos  dan lembut tersebut harus terkesan mengatakan dialog yang menakutkan.

Penyelesaian film terasa cepat sekali sehingga penonton merasa anti-klimaks dan sepanjang film penonton hanya diberikan alasan untuk membela satu polisi yang bermain good cop-bad cop.

Saat penonton merasa sangat bingung dengan penyelesaian film yang anti-klimaks, keluarlah kutipan  Broken People Save Broken People”, ibaratnya seperti pil obat untuk mengobati sedikit rasa kecewa terhadap penceritaan film ini. Film ini ditutup dengan hasil persidangan Joe yang menjadi masalah sampingan yang rasanya kurang tersorot dengan baik dan hanya sebagai pemanis saja.

Review Karakter :  

Jack Gyllenhall yang berperan sebagai Joe Baylor berhasil memerankan karakter sebagai Joe dengan sangat baik. Dengan akting tersebut, Jack mampu menunjukkan kepada seluruh penonton bahwa film ini tidak akan berhasil jika tanpa dirinya. Peran Joe disini seperti Arthur Fleck di Film Joker (2019) yang merasa bahwa dirinya adalah seorang pahlawan terlepas dari masalah apa yang dibuat oleh dirinya sendiri, Joe seolah-olah lahir karena semua beban ditimpakan kepada dirinya sehingga Joe harus berbuat harus berbuat sesuatu untuk sedikit merasa lega.

Di babak ketiga sang sutradara menjelaskan bahwa Joe hanyalah polisi biasa yang takut akan kebenaran dan dibumbui oleh penyakit asma yang dideritanya, sehingga penonton diminta untuk mau tidak mau harus kasihan terhadap Joe dan sepertinya penonton tetap akan membela Joe walaupun dia telah membunuh seorang pemuda dengan dalih menganggu kenyamanan masyarakat.

Selain Joe, semua voice actors berperan penting dengan suara mereka yang menimbulkan rasa takut, khawatir, kesal, dan kasihan. Seiring berjalannya film tersebut, aktor/aktris sampingan terasa tidak berguna sama sekali dan tidak ada salah satu dari mereka yang memiliki kekuatan untuk merubah sebuah cerita.

Review Kelebihan Film

            The Guilty mampu menyajikan nuansa thriller yang berbeda; mendebarkan, misterius, emosional. Dari konsep yang sederhana begitu, telah mampu membangun jalan cerita misterius tanpa visual mengerikan. Ambience film tidak terlalu gelap sehingga dapat disaksikan tanpa harus meningkatkan  kecerahan layar gawai.

Review Kelemahan Film

Tidak kejar target durasi namun tempo film di bagian penghujung terkesan terlalu cepat. Terlalu banyak masalah yang disisipkan, sehingga banyak juga masalah yang muncul tanpa penjelasan.

 

Catatan:

*(The Guilty Versi Belanda, karya Gustav Möller)

**( Toronto Film Festival)

Post Comment