UINSA Terapkan KTM untuk Masuk Kampus
BERITA

UINSA Terapkan KTM untuk Masuk Kampus

mediasolidaritas.com – Senin (14/05) setelah beredar kabar pengeboman di Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Surabaya Utara pada pukul 08.50, UINSA langsung memperketat penjagaan. Pada awalnya mahasiswa bebas masuk tanpa menunjukkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), namun kini harus menunjukkannya. Sedangkan untuk masyarakat umum yang akan masuk, harus menunjukkan keperluannya, selain itu bagasi dan jok kendaraan harus diperiksa. Hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya orang yang mencurigakan ke kampus.

Hal ini diamini oleh Rijalul Faqih, Kepala Biro Administrasi, Umum, Perencanaan dan Keuangan yang turut terjun ke lapangan untuk memantau keamanan kampus. “Ya KTM untuk mahasiswa, kalau yang umum harus membuka tas,” ungkapnya. Selain menggunakan sistem KTM, kampus juga memberlakukan satu pintu. Sistem satu pintu hanya gerbang utama kampus saja yang dibuka, sehingga masuk dan keluarnya kendaraan hanya melalui gerbang tersebut.  “Untuk pintu masuk kita berlakukan satu pintu dan pintu keluar,” ujar lelaki berbaju putih ketika ditemui Solidaritas.

Hingga pukul 13.54 penjagaan ini hanya berlaku di gerbang utama saja. Sedangkan untuk Gang Dosen tidak terlalu ketat penjagaannya. Lalu lalangnya mahasiswa di Gang Dosen hanya diawasi saja tanpa harus memperlihatkan KTM. Lain halnya dengan jalan pintas di belakang Fakultas Adab dan Humaniora (Fahum) tidak ada yang menjaga sama sekali. Menurut pengakuan salah satu petugas keamanan belum adanya koordinasi penjagaan di daerah belakang kampus. “Untuk yang di belakang (Gang Dosen dan jalan pintas, red) wallahu a’lam,” ucap Budi Sutarto selaku petugas keamanan kampus. Berdasarkan penelusuran Solidaritas, setelah pukul 13.55 penjagaan kampus terutama Gang Dosen telah diawasi oleh Resimen Mahasiswa UINSA. Namun untuk jalan pintas Fahum tetap tidak ada pengawasan khusus.

Pemeriksaan ketat di gerbang utama kampus sempat menimbulkan kemacetan. Namun tidak berlangsung lama karena banyak petugas yang turun. Mahasiswa merasa tidak terganggu dengan adanya pemeriksaan di gerbang utama, karena hal ini diperlukan untuk keamanan. “Enggak sih kalau demi keamanan,” ujar Nur Laili, salah satu mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa Arab. (and/rik)

Post Comment