Solidaritas-uinsa.org—Kegiatan PKK-MB, secara resmi, dibuka oleh Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Abd. A’la. Pembukaan ini diresmikan pada upacara yang dilakukan di depan Twin Tower, Senin (29/8/2016). Selama kegiatan PKK-MB berlangsung, mahasiswa baru diberikan materi seputar kegiatan kampus. Selain itu, secara serentak, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Unit Kegiatan Khusus (UKK), diundang untuk Show of Force di hadapan para peserta PKK-MB.
Namun, kegiatan itu dikeluhkan oleh beberapa UKM/ UKK. Mereka beranggapan, untuk sekelas universitas, pihak panitia, belum memberikan fasilitas yang memadai. “Kalau yang saya rasakan adalah kurangnya fasilitas, ada fasilitas yang gak bisa (dipakai), seperti LCD dan sound-nya gak bisa. Sehingga video yang telah kami persiapkan tidak bisa diputar.” Ujar Sucipto, delegasi IQMA (Ikatan Qari’-Qari’ah Mahasiswa) yang terlibat dalam kegiatan show of force di Fakultas Adab dan Humaniora bertempat di gedung Sport Center .
Ketika disinggung soal waktu yang mengalami kemoloran, pria yang menjabat sebagai ketua IQMA tersebut sangat menyayangkan. Ia menilai, momen Show of Force sangat penting untuk promosi. “Untuk masalah waktu saya kira terlalu singkat, karena promosi itu sangat penting, lamanya promosi itu sangat penting. Menampilkan talenta UKM itu sangat penting. Saya sendiri merasa terganggu dengan adanya pengakuan dari orang yang menaku provokator,” tegasnya dalam wawancaranya kepada kru LPM Solidaritas Senin (29/8/2016).
Selain itu, kejadian yang serupa juga dialami delegasi dari Lembaga Pers Mahasiswa Solidaritas, Mohammad Iqbal. Ia mengaku, fasilitas yang kurang memadai cukup mengganggu jalannya acara. “Mikrofon yang mati dari awal membuat sesi perkenalan kurang maksimal,” ungkapnya di sela-sela Show of Force di Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Tak hanya itu, ia juga menyayangkan terjadinya pemotongan waktu pada sesi acara berlangsung.
“Terjadi pemotongan waktu, yang awalnya 10 menit. Namun nyatanya sekitar 3 menit,” tukasnya. Secara rinci, Iqbal menambahkan, insiden pemotongan waktu tersebut akibat jeda waktu pengakuan dari oknum yang mengaku provokator.
Sementara itu, panitia dari Fakultas Adab dan Humaniora, berkilah fasilitas yang diberikan untuk keperluan Show of Forces sudah maksimal. “Kalau untuk fasilitas sebenarnya sudah kami maksimalkan. Cuma karena ada kendala dari petugasnya. Seperti petugas monitor, tiba-tiba menghilang. Sehingga kami kebingungan.” Ungkap Umar, ketua panitia Fahum.
Terkait molornya waktu bagi UKM-UKK, Umar menyangkal kesalahan itu dilakukan oleh pihaknya. Ia beralasan, molornya waktu sejak pembukaan menjadi penyebab singkatnya waktu UKM-UKK. Ia menyebut, pengakuan dari provokator yang muncul di tengah-tengah sesi perkenalan tidak mengganggu rundown acara yang ada. (aul/mzn)