MediaSolidaritas.com – Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya Akhmad Muzakki mengungkapkan keengganannya untuk berkomentar terkait suhu panas politik di Indonesia.
Sivitas akademika Universitas Gadjah Mada dengan petisi Bulaksumur yang dideklarasikan Rabu (31/1) menjadi pelopor menjamurnya ajang buka suara universitas di Tanah air terhadap tindakan-tindakan penyimpangan etik pada akhir masa pemerintahan Jokowi dan perannya menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 ini.
Sehari setelah petisi Bulaksumur dideklarasikan, Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Fathul Wahid turut memberikan pernyataan sikap terhadap dugaan penyelewengan kekuasaan Jokowi, dengan indikasi majunya Gibran Rakabuming Raka sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres) dalam pemilu 2024 yang didasarkan pada putusan Mahkamah Konstitusi.
Hari-hari berlalu dengan munculnya pernyataan-pernyataan teguran terhadap demokrasi Jokowi oleh sivitas akademika dan sejumlah guru besar universitas di Indonesia, seperti Universitas Hasanudin (Unhas), Universitas Indonesia (UI), Universitas Padjajaran (Unpad), dan universitas lainnya.
Berbeda dengan perguruan tinggi tersebut, Rektor UINSA Muzakki mengaku enggan berkomentar terkait suhu panas politik di Indonesia. Ketika diwawancarai tim LPM Solidaritas pada Sabtu (3/2), Muzakki mengangkat tangan secara langsung.
“Waduh.. Jangan.. No comment! Saya ndak mau buka suara,” ujar lelaki berkemeja putih itu.
Menanggapi ucapan Rektor, Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UINSA Abdul Adim memberi keterangan bahwa UINSA sebagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) berada di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag) yang berada di dalam kabinet Indonesia Maju yang ditunggangi oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
“Sehingga, faktor yang melatarbelakangi pernyataan Pak Rektor mungkin ketidakinginan terlibat dalam sikap yang dirasa tidak ada interupsi langsung dari Kemenag. Demokrasi tidak sedang baik-baik saja, tapi bukan lantas kita menjadi orang yang konfrontasi di dalam pemerintahan,” ujar mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Arab itu.
Adim menerangkan bahwa ia dan pihaknya (DEMA U, red) akan segera mendiskusikan terkait pernyataan sikap yang akan dikeluarkan.
“Karena demokrasi ini meliputi kinerja pemerintahan yang perlu diperbaiki. Dan adanya pemilu ini tujuannya bukan untuk memilih salah satu Pasangan Calon (Paslon), tapi bagaimana memenangkan Indonesia agar lebih maju lagi,” pungkas Presiden Mahasiswa UINSA tersebut.
Reporter: Dewi Aisyah Alya Pratiwi
Editor: Istiana Agus Saputri