Wajib Podcast Pasca MBKM Fahum Tuai Penolakan Mahasiswa Semester 6
BERITA

Wajib Podcast Pasca MBKM Fahum Tuai Penolakan Mahasiswa Semester 6

MediaSolidaritas.com – Pemberitahuan program wajib podcast pasca Magang Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Fakultas Adab dan Humaniora (Fahum) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) pada hari Minggu (25/5) memicu banyak perdebatan dan penolakan dari mahasiswa semester 6 lantaran dirasa kurangnya sosialisasi dan jadwal podcast yang terkesan mendadak.

Dekan Fahum, Achmad Zaini menegaskan bahwa program ini dijadikan sebagai sarana model pembelajaran baru untuk mahasiswa magang. Mahasiswa tidak hanya membuat laporan kegiatan saja, akan tetapi juga menyampaikan kegiatannya kepada publik melalui media sosial seperti Podcast, Instagram, dan TikTok.

“Ini juga sebagai bentuk pembelajaran. Jadi mereka tidak sekadar magang, tapi juga bisa berbagi cerita yang bermanfaat untuk adik kelasnya nanti. Jadi ini semacam dokumentasi pengalaman, supaya yang belum pernah magang bisa punya gambaran,” jelas Zaini.

Menanggapi hal tersebut, Ahmad Fathun Naja perwakilan Senat Mahasiswa berpendapat bahwa adanya program ini kemungkinan ditujukan sebagai branding nama Fakultas.

”Kalau dari saya, mungkin ini bagian dari branding Fakultas. Di Fakultas lain setahu saya nggak ada podcast. Bisa jadi Fahum ingin tampil beda,” ucap Ahmad

Meluruskan tanggapan tersebut, Dekan Fahum menuturkan bahwa program ini bukan untuk menaikkan branding Fahum melainkan untuk menunjukkan kontribusi mahasiswa kepada masyarakat melalui pengalaman mereka di lapangan.

“Kalau memang bisa menaikkan nama Fakultas, ya Alhamdulillah. Tapi bukan itu tujuan utama, yang penting kita ingin menunjukkan kontribusi mahasiswa kita ke masyarakat. Bahwa mereka bukan hanya belajar teori, tapi juga punya pengalaman nyata di lapangan,” ungkap pria yang akrab disapa Zaini itu.

Ahmad Fathun Naja juga menambahkan bahwa pemberitahuan program ini dilakukan saat minggu-minggu sidang magang dan berdekatan dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Selain itu, kurangnya sosialisasi dan banyaknya informasi simpang siur seperti mahasiswa diwajibkan mendatangkan pihak eksternal dari instansi magang menjadi faktor adanya penolakan program ini.

“Prosesnya terlalu terburu-buru. Kelompoknya banyak, jadwalnya mepet, apalagi bersamaan dengan KKN dan laporan magang. Template laporan pun banyak dan membingungkan,” keluh Ahmad.

Ketua Komisi B SEMA Fahum, Habibudin Alfiansyah turut serta memberikan keterangan bahwa pihaknya sudah berulang kali melakukan audiensi terkait keluhan mahasiswa dengan pihak dekanat hingga menemukan solusi permasalahan ini.

“Akhirnya kami memberikan solusi untuk memberikan kebebasan kepada kelompok yang ada untuk membuat podcast atau kontennya sendiri, karena tujuannya itu kan untuk menyampaikan pengalaman teman-teman pada orang lain. Terkait pihak eksternal itu masih wacana tapi sampai hari ini belum ada mekanisme yang jelas terkait program ini,” jelas Habibudin.

Achmad Zaini mengatakan bahwa kurangnya komunikasi terkait jadwal dan mekanisme itu adalah tanggung jawab Wakil Dekan (Wadek) 1. Zaini juga menegaskan bahwa teknis terkait program ini sudah disampaikan.

“Ya, itu mungkin karena komunikasi dari pihak Pak Wadek 1 belum maksimal. Tapi sebenarnya podcast ini tidak terlalu berat. Sudah disampaikan juga bahwa durasinya cukup 5 menit. Kami tidak ingin terlalu mengatur secara ketat, biar mahasiswa bebas bercerita,” tegas Zaini.

Dengan banyaknya penolakan dari mahasiswa dan belum adanya regulasi lebih lanjut mengenai aspirasi itu. Pihak SEMA pun berencana melakukan kegiatan konsolidasi dengan pihak fakultas. Konsolidasi ini bertemakan “Kebijakan di Ujung Tanduk Kebersepihakan” yang akan dilaksanakan pada Rabu (28/5) di Depan Lobby Fahum.

“Kami rencananya akan mengadakan konsolidasi “Aliansi Mahasiswa FAHUM Bergerak.” Kami sudah mengumpulkan banyak aspirasi mahasiswa terkait kebijakan yang terkesan mendadak dan otoriter. Kalau tidak ada perubahan, kemungkinan akan ada aksi. Kami ingin aspirasi mahasiswa benar-benar didengar,” tegas Habibudin.

Mengetahui adanya konsolidasi tersebut, Dekan Fahum mengatakan bahwa pertemuan dengan SEMA-DEMA sudah direncanakan, akan tetapi dengan alasan jadwal yang mepet maka pertemuan tertunda.

“Saya sudah ketemu SEMA-DEMA, tapi waktunya mepet. Kami janji akan diskusi lagi Minggu Depan. Saya juga sudah sampaikan agar waktu podcast ini dibuat lebih longgar, jangan terlalu ketat,” tutup Zaini.

Reporter: Nadia Putri, Syaiful Bahri

Editor: Istiana Agus Saputri

Post Comment