Sempat vakum, program studi banding Himapro-SI kembali bangun
BERITA

Sempat vakum, program studi banding Himapro-SI kembali bangun

Solidaritas-Himpunan Mahasiswa Prodi Sastra Inggris (Himapro-SI) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya yang baru saja dilantik 3 Maret 2017 lalu, mengadakan studi banding ke Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) dan Universitas Islam Malang (Unisma). Kegiatan yang dihelat pada tanggal 8 April 2017 ini diikuti oleh anggota Himapro-SI, 3 demisioner dan 2 dosen Sastra Inggris. Kegiatan studi banding pertama kali diadakan pada tahun 2013 silam dengan universitas tujuan ke Universitas Gajah Mada (UGM), namun sayangnya program ini sempat vakum selama 2 tahun dan baru diadakan kembali pada 2016. “Kita ada lagi baru kemaren 2016, kita ke EDSA atau Himpunan Mahasiswa Sastra maupun Pendidikan Bahasa Inggris se-Surabaya mulai dari Unair, Untag, sama Unesa. Kebetulan kemaren tahun 2016 itu juga kedatangan temen EDSA  PBI UINSA sama Unikama,” jelas Tri Aditya Prasetya selaku Ketua Himpunan (Kahima) Himapro-SI periode 2017-2018.

Selain bertujuan menjalin relasi sebagai partner sekaligus belajar cara menjadi himpunan yang baik, himpunan yang baru berdiri selama 6 tahun ini juga merasa perlu mengetahui bagaimana atmosfer himpunan di luar UINSA sekaligus me-refresh diri agar tidak penat dari padatnya kegiatan hima dan kuliah. Menurut koordinator studi banding 2017, Anas, kunjungan English Department Student Association (EDSA) UINSA ke EDSA Unikama merupakan kunjungan balasan atas kedatangan mereka pada tahun 2016. Setelah menyelesaikan serangkaian acara yang dimulai dari sambutan, pembacaan visi dan misi, penjelasan program kerja dan penampilan dari tiap EDSA di Unikama, EDSA UINSA melanjutkan perjalanan ke ESA Unisma dengan susunan acara serupa.

Kegiatan tahunan ini banyak mendatangkan manfaat bagi kedua pihak seperti banyaknya saran tentang cara menarik massa, mencari dana, mencari kader dan cara menjadi jembatan penghubung bagi dosen dan mahasiswa. Beberapa perbedaan antar EDSA juga ditemukan dari kegiatan studi banding ini. Salah satu perbedaan yang paling mencolok adalah cara pendapatan dana. Berbeda dengan UINSA yang harus melewati prosedur panjang untuk pencairan dana, semua kegiatan organisasi di Unisma didukung pendanaan penuh oleh universitas. Juga tentang fokus EDSA Unikama yang lebih intens ke upgrading masyarakat jurusan. “Kalo kita kan masih mencoba memperkenalkan EDSA itu seperti apa, kalo mereka berhubung udah 85 tahun, udah tinggal gimana sih cara memupuk temen-temen Pendidikan Bahasa Inggris seperti apa,” tambah Adit.

Tentang pendanaan kegiatan studi banding sendiri, Elvina Sheryllia, Wakil Ketua Himapro-SI UINSA mengatakan bahwa kegiatan ini didanai UINSA, namun dana yang diberikan tidak penuh, “Biaya akomodasi saja yang dibebankan ke anggota aktif EDSA pada periode tersebut, akomodasi hanya sewa bis saja. Untuk konsumsi dan lain-lain ditanggung DPP akademik Fahum,” jelasnya.

Dengan diadakannya kegiatan ini diharapkan EDSA UINSA dapat mengevaluasi hasil kinerja serta proker-proker yang akan dibuat kedepannya serta mengaplikasikan dan memodifikasi program-program yang menarik dari EDSA Unikama dan ESA Unisma. Ketua Himapro-SI berharap tidak hanya Sastra Inggris yang mengadakan studi banding, karena kegiatan ini sangat diperlukan untuk bisa tahu sejauh mana organisasi berjalan dan mengevaluasi apabila ada kesalahan aplikasi atau prosedur dalam organisasi. “Kita butuh masukan-masukan serta temen-temen dari organisasi lain untuk memajukan organisasi kita sendiri,” ungkapnya. (Aul)

 

Post Comment