Solidaritas-uinsa.org (CORET) — Pihak Rektorat UIN Sunan Ampel Surabaya, secara mendadak, melakukan perubahan terhadap nama OSCAAR (Orientasi Studi Cinta Akademik dan Almamater) menjadi PKK-MB (Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru). Perubahan itu tertuang dalam SK rektor Un.07/1/PP.00.9/SK/688/P/2016, tertanggal 8 Agustus 2016, yang juga disosialisasikan Wakil Rektor III, Ali Mufrodi, kepada jajaran unsur sivitas akademika seperti, Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas (Dema U), Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (Dema F), Musyawarah Senat Mahasiswa (Musema), Dekanat, Jajaran Rektorat hingga Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) serta Unit Kegiatan Khusus (UKK), pada tanggal yang sama. Beberapa petinggi dari senat dan Dewan Eksekutif Mahasiswa, sulit menerima hasil rapat sosialisasi tersebut. Sebabnya, pada perancangan perubahan itu, beberapa unsur dari mahasiswa merasa tidak dilibatkan. “Seharusnya SK tersebut sebelum keluar harus dirapatkan teknisnya seperti apa, tetapi ternyata hanya untuk sosialisasi saja.” Ungkap Imam Hanafi, Musema FISIP, UIN Sunan Ampel Surabaya (8/8/2016).
Sedang, jauh-jauh hari sebelumnya, Dema U beserta seluruh Dema F, telah melakukan perancangan konsep kegiatan ospek di lingkungan masing-masing. Konsep itu mengacu pada kegiatan ospek di tahun-tahun sebelumnya, yakni OSCAAR. Adapun sistem terbaru yang diterapkan oleh Jajaran Rektorat UIN Sunan Ampel Surabaya, dalam bentuk PKK-MB, bertolak belakang dengan sistem yang tertera dalam OSCAAR. Termasuk di antaranya: waktu dimulainya kegiatan yakni pukul 07.00 – 15.00 WIB; tidak boleh adanya penambahan atribut selain celana panjang berwarna hitam, kaos kaki hitam, dan bersepatu hitam dengan tali hitam serta penambahan pita di pundak kiri sesuai bendera fakultas masing-masing; hingga tidak diperbolehkannya tindakan eksploitasi dan kekerasan; serta pembuatan banner yang mengandung pemikiran kontroversial, ideologi terlarang dan unsur sara lainnya; juga termasuk tidak diperbolehkannya pemberian bantuan atau sumbangan dalam bentuk apapun.
Di sisi lain, sebagian Dewan Eksekutif Mahasiswa di beberapa fakultas, memilih untuk tetap sesuai dengan konsep yang dirancang semula. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) misalnya, masih akan menerapkan konsep yang tak jauh beda dengan tahun lalu. “Konsep acara PKK-MB sama dengan OSCAAR tahun lalu. Hanya beda dalam sebutannya saja. Hal ini dikarenakan, SK yang diturunkan oleh Rektor tidak bisa dijadikan panutan karena tidak dilibatkannya perwakilan dari mahasiswa dalam perumusan penggantian nama OSCAAR,” ujar Zaini selaku Ketua Dema FEBI ketika diwawancarai kru LPM Solidaritas Sabtu (27/8/2016).
Hal senada juga disampaikan Ahmad Fatoni, Ketua Dema Fakultas Syariah dan Hukum. Ia mengatakan bahwa nama kegiatan ospek tahun ini berupa OSCAAR dan PKK-MB. Sementara itu, hal yang tidak jauh beda juga disampaikan Dema Fakultas lainnya. Fakultas Ushulludin, Adab dan Humaniora, dan Fakultas Psikologi dan Kesehatan, sepakat memakai istilah PKK-MB sebagai pengganti Oscaar. Namun, untuk teknis kegiatan akan disesuaikan seperti tahun-tahun sebelumnya.
Sementara itu, dari pihak Fakultas Saintek dan Fakultas Dakwah dan Komunikasi memilih untuk mengikuti kebijakan rektorat. Namun ketika disinggung mengenai teknis kegiatan dan atribut, pihak FDK berkelakar bahwa masih diterapkannya penarikan jam tangan tersebut, bukanlah untuk atribut, namun sebagai penanda kedisiplinan. “Kami menyebutnya kebutuhan bukan atribut, karena jam tangan untuk kedisiplinan,” ungkap Afkar. Sedangkan untuk fakultas FISIP dan FTK, belum bisa dikonfirmasi sampai berita ini diturunkan. (iqb/mzn/evm/wal/tys/idl/msa)